Denpasar (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mengoptimalkan kerja sama antardaerah untuk memastikan ketersediaan bahan pokok guna mencegah dan menekan inflasi jelang Lebaran.
“Kerja sama pemerintah daerah harus jalan termasuk tataran swasta,” kata Raka Suardana, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, Pemprov Bali perlu menggandeng daerah yang memiliki surplus bahan kebutuhan pokok termasuk dari produk pangan hortikultura yang setiap tahun kerap menyumbang inflasi.
Tak hanya itu, kata dia lagi, penting bagi pemerintah daerah untuk melakukan sistem cadangan pasokan pangan agar harga dapat dikendalikan terutama menjelang hari besar keagamaan seperti Lebaran.
Baca juga: BI Bali usulkan operasi pasar serentak di bulan Ramadhan
“Ini harus dilakukan penanganan serius karena hampir tiap tahun terjadi. Pemerintah perlu menyediakan pasokan dalam bentuk cadangan apalagi sekarang menjelang Lebaran,” ujarnya pula.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2023, komoditas hortikultura seperti cabai rawit, cabai merah, produk bensin, beras, dan tomat memberi andil pembentukan inflasi di Bali.
Adapun andil yang paling besar adalah cabai rawit mencapai 0,076 persen dibandingkan periode sama pada Februari 2023 (bulan ke bulan/mtm).
Kepala BPS Bali Hanif Yahya meminta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali untuk mengantisipasi tren fluktuasi harga beberapa produk hortikultura agar harga dapat dikendalikan.
“TPID bisa mengambil kebijakan, kami beri sinyal beberapa komoditas, seperti cabai rawit, cabai merah, bawang putih, tidak hanya kenaikan harga tapi juga penurunan harga,” kata Hanif.
Baca juga: BI Bali minta Pemda cegah inflasi saat Nyepi dan Ramadhan
Pengukuran inflasi di Bali dilakukan di dua kota utama yakni Denpasar dan Singaraja.
Berdasarkan perkembangan indeks harga beberapa komoditas penyumbang inflasi dan deflasi gabungan di dua kota itu, cabai rawit memiliki tren yang sama pada 2021 dan 2022.
Tren tersebut yakni terjadi kenaikan harga pada Maret, kemudian mengalami penurunan harga pada April dan kembali berfluktuasi hingga akhir tahun tersebut.
“Apakah Maret-April akan terjadi panen untuk cabai rawit atau tidak, kalau itu bisa diperkirakan, bisa diantisipasi untuk suplai cabai rawit agar harga bisa dikendalikan,” katanya pula.
Secara total, inflasi di Bali pada Maret 2023 mencapai 0,07 persen dan secara tahunan inflasi Maret 2023 mencapai 5,46 persen dibandingkan Maret 2022.
BPS mencatat dari 90 kota, Indeks Harga Konsumen (IHK)-nya, Denpasar berada pada urutan ke-65 inflasi terendah mencapai 0,03 persen dan Singaraja, berada pada urutan ke-29 dengan inflasi mencapai 0,07 persen.