Denpasar (ANTARA) - Anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Made Mangku Pastika mendorong Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mendesain materi yang akan ditanyakan kepada responden dalam Sensus Pertanian 2023 kontekstual dengan kebutuhan daerah itu.
"Saya sangat 'concern' dengan pertanian karena 'no farming no life (tidak ada pertanian, tidak ada kehidupan). Jadi mesti lebih spesifik masalahnya sesuai Bali," katanya dalam kegiatan reses di Kantor BPS Provinsi Bali di Denpasar, Senin.
Ia dalam kegiatan reses bertajuk "Mencermati Keberadaan Sensus Pertanian dan Implikasinya ke Depan" berpandangan bahwa data statistik yang disampaikan BPS penting sebagai "kompas" dan "pelita" sebelum pemerintah mengambil kebijakan.
Meskipun Sensus Pertanian yang akan dilaksanakan Juni-Juli 2023 merupakan program nasional, ia tetap berharap permasalahan-permasalahan pertanian di Bali, seperti soal peningkatan alih fungsi lahan dan keengganan anak muda Bali bertani, juga bisa disoroti.
"Perekonomian Bali memang selama ini tergantung pada pariwisata, tetapi mesti diingat bahwa sifat dasar orang Bali itu bertani," ucap mantan Gubernur Bali periode 2008-2018 ini.
Bahkan, kata dia, ada suatu desa di Bali yang sampai mengeluarkan aturan adat bahwa tidak boleh warga menjual tanah bagi warga luar sebagai upaya menjaga lahan pertanian mereka.
Baca juga: Usaha Non Pertanian Di Bali Meningkat 27,3 Persen
Pastika mengharapkan warga menerima dengan baik kedatangan petugas Sensus Pertanian 2023. Warga harus menyampaikan jawaban yang benar dan jujur dalam sensus itu sehingga program tersebut bisa mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
"Data yang disampaikan akan menentukan arah kebijakan pertanian ke depan. Ini sangat penting sekali bagi arah kehidupan kita krama Bali terutama yang berkaitan dengan budaya pertanian," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga memberikan masukan agar BPS dapat melibatkan mahasiswa Fakultas Pertanian untuk menjadi petugas sensus sehingga mereka lebih memahami kondisi pertanian di lapangan.
Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan pertanian menjadi sektor cukup rentan karena begitu mudah menarik masyarakat masuk ke dalamnya, seperti saat pandemi COVID-19, namun mudah juga ditinggalkan ketika pariwisata membaik.
"Kami berharap pemerintah daerah bisa lebih fokus pada sektor pertanian karena ini merupakan sektor yang menentukan untuk ketahanan pangan," ucapnya.
Baca juga: Budidaya Tanaman Kehutanan di Bali Belum Teratur
Ketua Tim Pelaksana Sensus Pertanian 2023 Provinsi Bali Sapto Wintardi menambahkan cakupan usaha yang menjadi sasaran sensus meliputi unit usaha pertanian perorangan, usaha perusahaan pertanian berbadan hukum, dan usaha pertanian lainnya.
Cakupan subsektor, kata dia, meliputi tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Sensus Pertanian 2023 akan melibatkan 2.613 petugas lapangan, belum termasuk satuan tugas dari organik BPS provinsi dan kabupaten/kota.
Cakupan Sensus Pertanian 2023 di Provinsi Bali diperkirakan 467.469 keluarga pertanian dari total jumlah keluarga di "Pulau Dewata" --sebutan Bali-- 1.164.411 keluarga.
Untuk menyosialisasikan Sensus Pertanian 2023 kepada masyarakat Bali, BPS Provinsi Bali telah menyiapkan sejumlah materi sosialisasi, di antaranya melalui kalender Bali hingga "theme song" Sensus Pertanian 2023 versi Bali dengan lagu bernuansa rok dangdut.