Denpasar (Antara Bali) - Usaha non pertanian di Bali hasil sementara pendaftaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) sebanyak 482.400 usaha, meningkat sebesar 27,3 persen jika dibandingkan dengan jumlah usaha hasil sensus ekonomi 2006 yang tercatat 378.800 usaha.
"Dari sebanyak 482.400 usaha hasil SE2016, tercatat sebanyak 204.300 menempati bangunan khusus," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, dengan demikian ada sebanyak 279.100 usaha yang tidak menempati bangunan khusus untuk kegiatan usaha seperti pedagang keliling, usaha di dalam rumah tempat tinggal dan usaha kaki lima.
Hasil sensus ekonomi yang masih disempurnakan lebih lanjut itu menunjukkan di Kota Denpasar paling banyak unit usaha tersebut yakni mencapai 97.300 usaha.
Namun dilihat dari pertumbuhannya jumlah usaha di Kabupaten Badung tumbuh paling pesat yakni sebesar 61,6 persen. Sementara di Kabupaten Gianyar mengalami pertumbuhan yang terendah hanya 4,8 persen.
Adi Nugroho menambahkan, dalam menghadapi pasar bebas, khususnya terkait dengan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kekuatan dunia usaha perlu dipetakan. Untuk itu Sensus Ekonomi 2016 yang baru saja dilaksanakan BPS menghasilkan informasi awal berupa jumlah usaha di luar sektor pertanian.
Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) di Bali beserta sembilan kabupaten dan kota di daerah ini melaksanakan sensus ekonomi yang berlangsung sebulan penuh, 1-31 Mei 2016 untuk memotret kinerja ekonomi berbasis usaha mikro, kecil dan menengah serta industri pariwisata.
Kegiatan tersebut melibatkan 6.179 petugas lapangan dan hasil SE-2016 yang masih disempurnakan lagi akan menjadi patokan pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi sepuluh tahun ke depan.
Sensus ekonomi 2016 dilaksanakan di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi tonggak sejarah baru dalam memotret perubahan besar yang terjadi pada struktur perekonomian bangsa Indonesia.
Sensus yang digelar setiap sepuluh tahun (satu dasawarsa) kali ini merupakan yang keempat kalinya sejak tahun 1986 untuk menghimpun berbagai data terkait aktivitas ekonomi di luar sektor pertanian, karena pertanian sudah dilaksanakan melalui sensus pertanian 2013 lalu, ujar Adi Nugroho. (WDY)