Denpasar (ANTARA) - Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati menyampaikan rencana strategi baru dalam pengendalian harga di pasar, yaitu menggunakan peran pasar induk.
"Saya dengar ada pasar induk yang sudah mulai berperan. Role model kita adalah DKI Jakarta, dia tidak punya sawah tapi kenapa dia bisa mengendalikan, karena pasar induk berperan luar bisa," kata dia di Denpasar, Selasa.
Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu menjelaskan bahwa dengan adanya pasar induk, maka pemotongan harga dapat dilakukan di sana, sementara jika tidak, maka margin harga antarkabupaten/kota akan berbeda jauh seperti saat ini.
"Untuk mengendalikan harga, saya kira kebutuhan kita adalah pasar induk. Bali kan enak satu pulau lebih gampang, dibandingkan kota-kota besar di DKI Jakarta tidak punya sawah dan ladang, tapi dia bisa kendalikan," ujar Wagub.
Dia mengungkapkan bahwa meskipun hingga kini pihaknya juga masih belum menentukan lokasi untuk pasar induk di Bali.
Untuk saat ini, berdasarkan pantauannya di Pasar Badung, Denpasar, Cok Ace melihat ada margin yang cukup jauh terhadap harga barang antarkabupaten/kota, salah satunya cabai rawit sebagai harga paling menonjol.
"Ada yang harganya (cabai rawit) sekarang Rp40 ribu, ada yang dapat operasi capai Rp35 ribu, sementara di pasar Rp41 ribu-Rp45 ribu. Ada margin sangat jauh karena kurang komunikasi," kata dia.
Maka itu, lanjutnya, jika strategi pasar induk dapat dijalankan maka masalah informasi dan komunikasi harga, distribusi hingga ketersediaan stok dapat terselesaikan.
"Buktinya cabai di sini datang dari Klungkung dan Karangasem, ternyata di sana lebih tinggi inflasinya daripada di Denpasar. Karangasem 10 persen inflasinya, kalau di Denpasar masih lebih rendah, artinya ada mekanisme informasi yang belum jalan secara baik," tuturnya.
Di berpendapat, masalah informasi dan komunikasi antardaerah yang kurang tersebut yang saat ini masih dicari tahu penyebabnya oleh Pemprov Bali.
Sementara itu, ujar dia, pasar murah masih akan tetap dijalani sembari mencari sumber permasalahan sehingga adanya margin harga yang cukup jauh.
"Kita cari ke mata rantainya, kita potong mata rantainya, banyak yang cari untung karena mata rantainya panjang. Masyarakat belinya mahal jadinya," tuturnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho yang turut mendampingi Wagub Cok Ace menambahkan bahwa pihaknya bukan ingin menurunkan margin harga, namun menyelaraskan agar semua pihak tidak dirugikan.
"Harga yang kita lihat bervariasi, yang penting petani tetap diuntungkan dan senang, masyarakat membeli tidak terlalu mahal lah. Kita tidak mau menurunkan tapi masyarakat senang, tetap bertanam, dan pedagang untung sewajarnya," ujar Trisno Nugroho.