Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika berpandangan bahwa pariwisata Bali tetap membutuhkan dukungan program keamanan dan keselamatan berstandar internasional.
"Harus ada 'sense of security'. Tidak bisa tidak, apalagi pariwisata ini paling rentan," kata Pastika yang juga mantan Kapolda Bali itu di Denpasar, Minggu.
Terlebih, ujar dia, pada tahun-tahun politik seperti saat ini, yang sangat kental dengan politik identitas dan kondisi sudah nampak mulai memanas.
"Soal keamanan harus kita ingatkan. Jangan sampai sudah terjadi, baru pusing semua. Potensi serangan terorisme masih tinggi dan terorisme merupakan kejahatan global," ujar mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu.
Baca juga: Mangku Pastika: Perencanaan pembangunan Bali perlu kontekstual
Menurut dia, jangankan bom yang meledak, jika ada petasan sebesar kepala yang meledak di kawasan wisata Kuta, bisa menyebabkan pariwisata Bali menjadi sepi.
Sebelumnya Pastika dalam acara Diskusi NCPI Bali Great Sharing Session yang mengangkat tema "Tourism Development Trends in The Face of Global Economic Challenges" juga mengulas mengenai persoalan keamanan ini.
Mantan Gubernur Bali dua periode itu menyampaikan pembangunan keamanan dan keselamatan yang berstandar internasional artinya harus didukung peralatan yang canggih, sumber daya manusia (SDM) hebat dan jaringan yang terpelihara.
"Densus 88 bisa mencium teroris di mana-mana itu karena jaringannya dipelihara. Bali bisa tidak memelihara jaringan? Mari kita bicarakan dan jangan sampai lupa karena kalau sudah kejadian setengah mati kita menyelesaikan," ucapnya.
Seperti halnya saat terjadi peristiwa Bom Bali, harus dilakukan berbagai upaya dan berkeliling ke berbagai negara untuk bisa meyakinkan Bali tetap aman dikunjungi.
Selain itu, di Bali sebelumnya juga tersebar polisi-polisi pariwisata di sejumlah objek wisata. "Kehadiran polisi pariwisata ini menjadi jualan yang bagus bagi pariwisata karena wisatawan dapat merasa aman dan terlindungi," katanya.
Ia pun mengingatkan jangan sampai karena melihat kondisi Bali saat ini sudah aman, lalu lengah dan melupakan program-program terkait keamanan.
Pastika juga mengingatkan pentingnya penerapan filosofi Tri Hita Karana dalam pariwisata. "Sejak menjabat Gubernur Bali, saya selalu ingatkan itu, bahwa Bangun Bali, bukan membangun di Bali. Jangan sampai uangnya di bawa ke luar," ujarnya.
Dengan konsep Tri Hita Karana itu, diharapkan melahirkan pembangunan yang berkualitas, bermartabat, berkelanjutan dan inklusif.
"Jangan sampai rakyat tetap miskin dan ini tak boleh terjadi. Jangan hanya dinikmati oleh orang-orang yang berbisnis di sini. Oleh karena itu kualitas SDM Bali harus diperhatikan agar menjadi kekuatan," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho memuji Bali yang pariwisatanya bisa tetap bertahan, tangguh dan berkelanjutan, meskipun dihadapkan berbagai cobaan. "Bali ini tak ada lawan. Bisnis dan leisure sangat potensi di masa depan," ujar Trisno.
Ia pun menyampaikan pada 2022, wisman ke Bali sebanyak 2,3 juta orang dan sebelum COVID-19 mencapai lebih dari 6,2 juta jiwa .
"Saya kira dengan luas 5 ribu kilometer persegi, Bali masih memadai dengan 7,5 juta wisman," kata Trisno.
Baca juga: Mangku Pastika dorong pengembangan teknologi-manajemen bumdes di Bali
Ketua Nawacita Pariwisata Indonesia Provinsi Bali Agus Maha Usadha menambahkan saatnya kini untuk berkolaborasi dengan kompetisi yang sehat dalam mewujudkan ketahanan pariwisata Bali.
"Kita harus mencari jalan mewujudkan pariwisata Bali sesuai konsep Tri Hita Karana yang inklusif agar dapat membawa peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat Bali. Selain itu untuk mempersiapkan dalam menghadapi perobahan ekonomi global ke depan," katanya.
NCPI Bali, lanjut dia, juga tertantang untuk segera mengoordinasikan dan melakukan studi lebih jauh dengan para pemangku kepentingan di bidang pariwisata, pemerintah, Kadin, perguruan tinggi maupun para tokoh profesional.
President of UID Bali Campus, Kura Kura Bali (KKB) Tantowi Yahya yang juga menjadi narasumber mengatakan KKB ini merupakan permata baru bagi Bali.
Dengan luas sekitar 500 hektare, kawasan ini diharapkan menjadi "island of happiness". "Siapa saja yang ingin bahagia datanglah ke sini," ujar Tantowi.
KKB ini dikembangkan menjadi tempat bekerja (work), tinggal (live), bermain (play) dan belajar (learn). "Bali itu bisa jadi tempat bekerja karena nyaman," katanya.
Pastika: Pariwisata Bali perlu dukungan keamanan standar internasional
Minggu, 29 Januari 2023 17:41 WIB