Denpasar (ANTARA) - Andri Susilo, seorang petani di Garut, Jawa Barat, yang sudah puluhan tahun berpengalaman menggunakan pupuk hayati Effective Microorganisms (EM4) mengatakan untuk memperbaiki struktur tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang, sebaiknya kembali menggunakan pupuk organik, tanpa sentuhan zat kimia.
"Kami bersama seluruh anggota Kelompok Tani Jati Emas, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut sepakat menggunakan pupuk organik kembali ke alam untuk menggarap tanah pertanian, mengembangkan peternakan dan perikanan secara ramah lingkungan," kata Andri Susilo yang juga ketua kelompok tani tersebut.
Andri mengatakan sebelumnya kelompoknya menggunakan aplikasi pupuk kimia tidak secara teratur karena ingin memperoleh hasil pertanian yang maksimal.
"Panen pertama hasilnya memang banyak, namun panen berikutnya produksi merosot menyusul panen-panen berikutnya sangat sedikit bahkan gagal akibat rusaknya kondisi tanah karena pupuk kimia," ujar Andri Susilo saat menerima tim youtube EM Indonesia official.
Ia menambahkan, semua anggota kelompok Tani Jati Emas sepakat kembali ke alam dengan menggunakan pupuk organik untuk pertanian padi maupun tanaman hortikultura dengan menggunakan EM yakni teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Seluruh anggota kelompok tani yang menggarap lahan pertanian cukup luas, termasuk melakukan budidaya ikan nila, karper, lele dan ternak sapi, domba menggunakan sentuhan teknologi EM.
Pihaknya setiap bulan mengadakan pertemuan silaturahmi dengan tempat yang berpindah-pindah bisa di balai kelompok tani maupun di rumah salah seorang petani untuk mengadakan pertemuan.
Sekaligus tukar-menukar informasi dalam penggunaan aplikasi EM untuk pertanian, perikanan dan peternakan.
Dalam pertemuan silaturahmi itu juga ada kesepakatan untuk simpanan kecil-kecilan bagi seluruh anggota yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok.
Aplikasi EM
Andri Susilo menjelaskan dari hasil pertemuan tukar menukar informasi dan praktik langsung di lapangan seluruh anggota kelompok tani Jati Emas sudah mampu membuat pupuk organik padat maupun pupuk organik cair (POC).
Membuat pupuk organik padat dari bahan limbah organik, kotoran sapi, domba, EM4, molase, air gula merah yang sudah dicairkan dan dedak halus yang semuanya dicampur dalam satu tempat tertutup.
Bahan-bahan yang diperlukan pupuk kandang 50-100 kg, dedak halus 10 kg, dedak kasar 20 kg, EM4 1 liter, air, mulase campuran gula dicairkan, 1 kilogram gula semuanya dicampur dalam wadah tertutup selama dua minggu.
Selama kurun waktu 14 hari itu perkembangannya terus dipantau, jika suhu udara sudah dingin dalam bokashi berarti pupuk organik sudah jadi dan siap diaplikasikan ke tanaman.
"Fermentasi pupuk organik tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan tanaman padi maupun tanaman hortikultura," ujar Andri Susilo.
Sedangkan untuk pembuatan pupuk organik cair (POC) biasa menggunakan drum berkapasitas 200 liter dengan bahan-bahan kotoran domba 1 karung, EM4 1 liter, gula 1 kg, bisa mengambil dari tambahan buat asam aminonya dari keong atau bangkai ikan terus campur , aduk setiap hari selama 2-3 minggu.
Kalau tidak diaduk drum tempat pembuatan POC itu bisa meledak , karena ada tekanan udara dari pembuatan POC itu, kalau sudah tiga minggu siap aplikasi untuk tanaman lewat dicocor, disemprot sehingga tanaman daunnya menjadi hijau.
Untuk kembali ke pertanian organik dengan sentuhan teknologi EM cukup mudah dan murah, karena harga EM sangat terjangkau dan tersedia hingga ke pelosok pedesaan di seluruh nusantara.
Kembali ke pertanian organik dengan menggunakan teknologi EM sangat menguntungkan, dibandingkan sekarang pupuk kimia harganya semakin melambung dan berpluktuasi di pasaran.
Oleh sebab itu petani, peternak, serta pembudidaya ikan dan tambak udang lebih baik kembali ke organik agar mendapat keuntungan dari analisa usahanya.
"Saya menyarankan seluruh petani dan masyarakat umum lebih bijak dan sayang lagi terhadap tanah pertanian, perkebunan terhadap pupuk kimia," ujarnya.
Mungkin kalau jangka pendek benar terasa manfaatnya, tapi kalau kaji lebih dalam lagi , justru bukan keuntungan yang didapat karena justru kerusakan tanah menjadi tandus dan kering.
"Jadi lebih bijaklah menggunakan pupuk kimia, alangkah baiknya untuk kembali lagi ke alam dengan sentuhan teknologi EM," kata Andri Susilo. https://linktr.ee/em4
Andri Susilo bertani kembali ke alam dengan sentuhan organik
Minggu, 22 Januari 2023 21:08 WIB