Denpasar (ANTARA) - Wimbakara (Lomba) Taman Penasar yang digelar dalam rangkaian Pesta Kesenian Ke-44 Bali menjadi salah satu wahana edukasi bagi generasi muda untuk turut menjaga eksistensi dan kelestarian seni budaya Bali.
"Kami sengaja membatasi umur peserta Taman Penasar maksimal 26 tahun, untuk memonitoring anak-anak muda kita, mau 'nggak' menekuni kesenian Taman Penasar?," kata I Gede Anom Ranuara, salah satu Dewan Juri Wimbakara Taman Penasar, di Denpasar, Senin.
Taman Penasar Widya Sabha, Kecamatan Denpasar Selatan, yang didukung Sanggar Tabuh Sidakarya, menjadi peserta yang mengawali ajang Wimbakara Taman Penasar dalam rangkaian PKB 2022 yang digelar di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.
Penampilan Taman Penasar Widya Sabha dengan melibatkan 30 seniman dari kalangan remaja itu membawakan sajian berjudul "Renon".
Taman Penasar dengan sajian geguritan yang dikemas apik, disertai dengan dramatisasi yang menambah hidup suasana pementasan tersebut harus mengacu pada tema pelaksanaan PKB 2022 yakni Danu Kerthi: Huluning Amreta, Memuliakan Air Sumber Kehidupan.
Baca juga: Mendagri perjuangkan pengakuan kearifan lokal di RUU Provinsi Bali
Selain isi Taman Penasar harus mengacu pada tema, menurut Anom Ranuara, untuk kriteria penilaian juga harus ada penembang dan ada pengrawit.
"Untuk isi, merupakan pembedahan tema induk. Yang jelas gramatikal, retorika, dinamika, dan tata bahasa menjadi acuan untuk penilaian," ujarnya.
Pihaknya mengapresiasi penampilan Taman Penasar Widya Sabha dengan garapannya yang sudah sesuai dengan tema pelaksanaan PKB 2022.
Namun, dia juga memberi catatan untuk lebih menyempurnakan, di antaranya lebih ditingkatkan dari sisi koneksi tabuh dan penembang, serta penyaji dan penonton agar lebih komunikatif.
I Made Langgeng Buwana selaku Koordinator Taman Penasar Widya Sabha, Kota Denpasar, mengatakan pemuda-pemudi yang tampil itu telah melakukan proses latihan selama tiga bulan.
"Mereka kebanyakan itu sedang kuliah dan sudah bekerja, sehingga untuk proses latihan seringkali dilakukan di atas pukul 22.00 Wita," ucapnya.
Baca juga: Menparekraf: Pesta Kesenian pulihkan pariwisata dan ekonomi Bali
Namun, proses latihan tidak menemui kendala yang berarti karena yang dilibatkan merupakan pemuda-pemudi yang sebelumnya sudah tahu soal tembang dan tabuh.
Pihaknya pun berharap pemerintah daerah dapat rutin menggelar ajang lomba Taman Penasar sehingga regenerasi terhadap kesenian tersebut dapat terus berlanjut.
Mengenai sajian berjudul "Renon" itu, ujar Langgeng, diambil dari kata "ranu" yang berarti tempat air.
"Tempat air yang dimaksud adalah danau (untuk ukuran besar) dan bulakan dalam kapasitas yang kecil. Keduanya itu menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan, dan manusia," ucapnya.
Melalui sajian yang dibawakan, ia ingin menyerukan upaya pelestarian terhadap air yang begitu penting bagi kehidupan. Bagusnya sumber air dan pintarnya pemimpin atau masyarakat untuk mengolah sumber air sebagai sumber kehidupan akan membawa kesejahteraan.
Baca juga: Wali Kota Denpasar: Lomba "gebogan" menguatkan budaya Bali
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara mengapresiasi penampilan anak-anak muda yang terlibat dalam lomba Taman Penasar yang benar-benar sudah menjiwai tema PKB.
Harapannya, mereka tetap latihan berkelanjutan dan tidak berhenti setelah tampil dalam lomba. Dengan demikian, kesenian Taman Penasar tetap bisa eksis dan berkelanjutan untuk pelestarian seni dan budaya Bali. "Kami senang anak-anak tetap kreatif berkesenian selama masa pandemi COVID-19," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Taman Penasar edukasi generasi muda Bali jaga kelestarian budaya
Taman Penasar edukasi generasi muda Bali jaga budaya
Senin, 13 Juni 2022 16:21 WIB