Mangupura (ANTARA) - Komunitas Seni Taksu Mandala dari Banjar Wijaya Kusuma, Desa Adat Ungasan, Badung, menghadirkan Legong Kreasi berjudul Manohara dalam penampilannya di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025.
“Manohara diambil dari pengalaman mantra, Manoharam, yang artinya keseimbangan. Jagat Kerthi perlu keseimbangan dan sinergi yang kami gabungkan dan dikolaborasikan semangat cak-nya,” ujar Pembina Pelegongan Klasik Taksu Mandala Komang Trisandiasa Putra di Mangupura, Rabu.
Ia mengatakan penampilan itu menjadi momentum penting untuk memperkenalkan kembali kekayaan seni klasik kepada generasi muda, sekaligus menghadirkan inovasi yang tetap berpijak pada akar tradisi.
“Kami membawa semangat pelestarian dan inovasi serta menampilkan rangkaian tabuh dan tari klasik serta kreasi baru yang sarat makna budaya,” kata dia.
Pada kesempatan itu, penampilan diawali dengan Tabuh Petegak Palegongan Klasik berjudul Kulicak, sebuah karya warisan maestro tabuh I Gusti Putu Made Geria.
Terinspirasi dari suara burung Kulicak, garapan ini mengusung komposisi khas era tahun 1970-an dengan dinamika musikal yang menyentuh. Komposisi itu pertama kali dikenal melalui penampilan tim kesenian RRI Denpasar dan kini dihidupkan kembali oleh generasi muda Ungasan.
Penampilan diakhiri dengan Tari Legong Kreasi berjudul Manohara yang ajaran dari filosofi Rwa Bhineda dengan mengajarkan keseimbangan antara dua hal yang bertolak belakang.
Melalui harmoni gerak antara kelembutan dan kekuatan, Manohara menghadirkan pesan spiritual tentang pentingnya menerima perbedaan untuk mencapai kehidupan yang seimbang.
