Denpasar (Antara Bali) - Kesenian sakral Tektekan yang merupakan perpaduan tarian dengan alat musik kentongan bambu dari Kerambitan, Kabupaten Tabanan, tampil memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34, Jumat sore.
"Kesenian ini biasa ditarikan saat pelaksanaan upacara yadnya (keagamaan) di desa kami," kata Wayan Murdana, Ketua Sekaa Tektekan Eka Suara, Banjar Penarukan Kaja, Kerambitan, di sela-sela pementasan kesenian tersebut di Taman Budaya, Denpasar.
Tektekan pada zaman dahulu, ucap Murdana, dipercaya sebagai sarana mengusir roh jahat di saat desa terserang wabah penyakit.
"Tektekan ini merupakan kesenian sakral khas dari daerah Kerambitan. Untuk upacara tertentu di kabupaten lain, bahkan sekaa (kelompok) kami tidak jarang diundang untuk pentas melengkapi rangkaian upacara mereka," ujarnya.
Suara tektekan (kentongan bambu) yang dipadukan dengan gong, seruling, dan kendang, tampak menghentak membuka pementasan Sekaa Eka Suara di Kalangan Ayodya, Taman Budaya. Pada pementasannya ini, mereka membawakan lakon "Ratna Manggali Katundung".
Sengaja diambil lakon tersebut, ucap dia, sejalan dengan fungsi tektekan yang dipercaya dapat mengusir roh jahat atau hal-hal buruk. Di akhir pementasan juga diisi dengan atraksi "ngurek" atau menusukkan keris ke tubuh masing-masing penari pria.
Sekaa Tektekan Eka Suara telah tampil di PKB lebih dari tujuh kali. Kelompok (sekaa) ini juga pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden Soeharto atas jasanya melestarikan kesenian sakral dan langka.(LHS/T007)