Manado (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet mengatakan Indonesia bisa bersatu karena Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya.
"Sarasehan ini adalah sesuatu yang sangat tepat, tepat sasaran, hari yang baik, momentum karena diselenggarakan pada hari yang sangat membahagiakan, sedang memperingati hari kelahiran Pancasila," sebut Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet di Minahasa Utara, Selasa.
FKUB Sulut menggelar 'Webinar Sarasehan Nasional Merajut Kerukunan' bertemakan 'Toleransi Sulut Cermin Kebhinekaan' dan peluncuran 'Pekan Kerukunan dan Konas FKUB keenam se Indonesia' di Kabupaten Minahasa Utara.
"Kita sangat yakin, kita sebagai bangsa Indonesia pada 1 Juni yang dikaitkan dengan sarasehan merajut kerukunan itu sesuatu yang sangat tepat karena sangat berkaitan," ujarnya.
Baca juga: Presiden Jokowi: Tantangan dihadapi Pancasila tidak makin ringan
Mengapa? Karena selalu diingatkan bahwa bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, tidak mungkin bersatu karena budaya, adat istiadat, suku bangsa.
Tidak mungkin menjadi Islam semuanya, Hindu, Kristen, Katolik, tidak bisa menjadi Minahasa semua, Jawa, Bali, disatukan karena Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika-nya.
Dia mengatakan saat berkunjung ke Sulut, khususnya Manado untuk berwisata, ditemui keramahan, penuh senyum yang membuat dirinya merasa aman, damai dan bahagia.
"Kerukunan, toleransi umat beragama di Sulut patut diacungi jempol, patut menjadi referensi bagaimana kerukunan itu dibangun, dijaga dan dirawat dengan sangat baik seperti yang sering didengar dasarnya yaitu torang semua ciptaan Tuhan, torang samua basudara (kita semua ciptaan Tuhan, kita semua bersaudara)," ujarnya.
Negara Indonesia yang sangat majemuk ini, lanjut dia, sungguh bergantung kepada kerukunan terutama kerukunan antaragama.
"Indonesia sangat majemuk, ada enam agama besar, ada ratusan suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah ada ribuan, beraneka ragam, dan itu mesti dikelola dengan sangat baik dengan manajemen sebaik-baiknya," ujarnya.
Baca juga: MPR: hanya 61 milenial yakini pentingnya nilai-nilai Pancasila
Apabila salah salah manajemen, kalau kehidupan bangsa tidak rukun antaragama, maka tidak mustahil negara dan bangsa ini akan berantakan, pecah belah, hancur berkeping-keping, dan menjelma menjadi kekacauan, penderitaan, tangisan air mata dan tetesan darah yang tidak berkesudahan.
"Dan inipun sangat dipahami oleh kelompok-kelompok baik asing dan dalam negeri yang memang menginginkan Indonesia hancur, Indonesia tidak kuat, tidak mau Indonesia bersatu," katanya.
Ideologi mapan
Guru Besar Bidang Sosial dan Politik dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) H. Budi Suryadi menyatakan Pancasila harus tampil sebagai ideologi yang mapan dan menyatukan bangsa Indonesia di tengah dunia yang lagi tarik-menarik ideologi dan arus hedonisme.
"Indonesia sebagai negara besar dan kaya sumber daya diserang dari segala sisi untuk dilemahkan. Bangsa ini diracuni narkoba dan dipecah belah sesama sehingga mudah dikalahkan oleh pihak luar yang ingin ambil keuntungan," kata Prof. Dr. H. Budi Suryadi di Banjarmasin (1/6).
Maka dari itu, kata dia, saatnya api semangat Pancasila dinyalakan untuk halau semua serangan musuh yang tak suka Indonesia berjaya.
Baca juga: DPD: Pemerintah berwenang bubarkan ormas berlawanan Pancasila
Dijelaskan pula bahwa Pancasila menjadi ideologi brilian yang lahir dari nilai dan norma masyarakat Indonesia melalui sumbangsih pemikiran para pendiri bangsa.
Menurut Prof. Budi, hal itulah perbedaan utama Pancasila dari ideologi lainnya di dunia yang lahir karena kepentingan penguasa atas bangunan kelompok tertentu.
Sebagai masyarakat yang hidup dalam negara Indonesia, menurut dia, harus bangga dengan hadirnya Pancasila yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 diawali gagasan Soekarno yang menyampaikan dasar negara Indonesia tersebut.
Ia menegaskan bahwa Pancasila mengayomi hidup berbangsa dari pandangan, sikap, dan perilaku.
Untuk itulah, masyarakat harus selalu memahami sejarahnya bahwa Pancasila dibentuk para pendiri bangsa merupakan jalan satu-satunya agar Indonesia dapat bebas dari penjajahan.
"Hanya dengan menetapkan dasar Pancasila, rakyat Indonesia bisa hidup dalam sebuah negara yang plural dari segi suka, agama, maupun golongan. Yang harus diingat melupakan Pancasila sama saja melupakan nilai dan norma para leluhur," katanya.