Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan tiga komoditas perlu diantisipasi menjelang Hari Suci Galungan pada 14 April yakni cabai merah, cabai rawit, dan canang sari.
"Tiga komoditas itu perlu diperhatikan yakni cabai merah, cabai rawit dan canang sari, karena akhir-akhir ini dan bahkan dalam tiga tahun terakhir sering mengalami kenaikan harga," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Kamis.
Mengutip data pada Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan (SIGAPURA), diantaranya harga cabai rawit yang sebelumnya sempat menyentuh harga Rp120 ribu perkilogram, pada akhir Maret 2021 sudah kembali di bawah Rp100 ribu. Meskipun demikian, beberapa komoditas terpantau mengalami lonjakan harga pada awal April 2021.
Sebelumnya Trisno dalam kegiatan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali yang dipimpin Gubernur Bali Wayan Koster pada Rabu (7/4) juga menyampaikan terkait komoditas-komoditas yang berpotensi memicu inflasi jelang Galungan itu.
Menurut Trisno, ada potensi kenaikan inflasi Provinsi Bali tahun ini dibanding tahun sebelumnya yang didorong oleh sejumlah faktor seperti meningkatnya aktivitas pariwisata pasca COVID-19 dan peningkatan daya beli masyarakat.
"Tak hanya cabai rawit dan cabai merah, komoditas lain seperti telur ayam ras, bawang merah, dan tongkol diawetkan juga patut diantisipasi karena terkait jelang bulan puasa," katanya.
Baca juga: BI: Cabai rawit dan tarif angkutan udara turut sumbang inflasi di Bali
Pihaknya merekomendasikan sejumlah kebijakan pengendalian inflasi di Provinsi Bali diantaranya dengan pembentukan BUMD pangan untuk meningkatkan serapan produksi pertanian dan meningkatkan kualitas produk lokal.
Selain itu dengan memperluas cakupan pasar yang disurvei dalam melengkapi data harga bahan pangan di SIGAPURA dan mendorong perluasan penggunaan CAS (Controlled Atmosphere Storage) sebagai tempat penyimpanan surplus produksi.
"Selanjutnya dengan menjalin kerja sama perdagangan antar daerah, baik intra provinsi, maupun antar provinsi dann pemanfaatan aplikasi digital untuk mendorong kenaikan hasil produksi dan kelancara distribusi," ucapnya.
Terakhir edukasi kepada masyarakat untuk belanja bijak dan pemanfaatan pekarangan untuk penanaman komoditas bahan pangan.
Pada Maret 2021, inflasi Provinsi Bali tercatat sebesar 0,52 persen(mtm) atau 0,84 persen (yoy). Secara spasial, inflasi bulanan Kota Denpasar dan Singaraja (Kabupaten Buleleng) masing-masing sebesar 0,47 persen dan 0,81 persen.
Dibandingkan kota/kabupaten lain di tingkat nasional, inflasi di Singaraja menduduki peringkat keempat, sementara Kota Denpasar menempati urutan kesembilan. Berdasarkan jenis komoditas, cabai rawit dan daging ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi bulan Maret 2021.
Baca juga: Wagub: Keberhasilan vaksinasi COVID-19 percepat pemulihan ekonomi di Bali
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyambut baik masukan yang disampaikan dari Bank Indonesia tersebut. Diapun mengatakan secara umum Provinsi Bali mengalami surplus delapan komoditas bahan pangan, termasuk beras, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan daging babi.
"Artinya, produksi bahan pangan di Provinsi Bali mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Bali. Namun demikian, Provinsi Bali masih mengalami defisit untuk komoditas bawang putih," ujar
Sebagai langkah awal inisiasi kerja sama perdagangan antar daerah, Gubernur Bali meminta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait agar menindaklanjuti pembentukan tim neraca pangan di tingkat kabupaten/kota.
"Tim tersebut nantinya bertugas memetakan komoditas bahan pangan yang mengalami surplus/defisit di masing-masing daerah. Kehadiran BUMD pangan juga semakin krusial, terutama sebagai penyangga stok bahan pangan ketika harga sedang mengalami lonjakan," kata Koster.