Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pasar baik pasar modern maupun pasar tradisional menjadi perhatian publik karena telah ditemukan adanya kasus positif terjangkit virus corona baru penyebab penyakit menular COVID-19 yang menyerang sistem pernafasan manusia.
Pasar modern yang telah ada kasus positif COVID-19 misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta ada Swalayan Indogrosir di wilayah Kabupaten Sleman. Di Sumatera Utara ada Supermarket Brastagi di Medan. Di Jawa Barat, ada toko swalayan Bangunan Mitra 10 di Kota Bogor.
Sementara di pasar tradisional tidak kalah menyedot perhatian masyarakat karena kasus positif di pusat perekonomian masyarakat itu juga tidak sedikit.
Misalnya di DKI Jakarta ada belasan pasar tradisional yang di dalamnya ditemukan kasus positif COVID-19, antara lain Pasar Induk Kramatjati, Pasar Ciracas, Pasar Perumnas Klender, Pasar Rawasari, Pasar Serdang, Pasar Gondang Dia, Pasar Slipi, Pasar Tomang Barat, Pasar Minggu, Pasar Warung Buncit dan lainnya.
Di Provinsi Jawa Barat, kasus positif COVID-19 di pasar tradisional ditemukan di Pasar Cileungsi di Kabupaten Bogor. Di Kota Bandung, ada Pasar Serang dan Pasar PKL Haurpancuh.
Sementara di Pasar Cibinong sudah dilakukan tes cepat terhadap 487 orang dengan hasil 12 orang dinyatakan reaktif COVID-19.
Tidak hanya ditemukan kasus positif dan reaktif COVID-19, sejumlah pasar baik tradisional maupun pasar modern juga telah dinyatakan sebagai klaster atau sumber penularan atau penyebaran COVID-19.
Pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli menjadi pusat keramaian dan kerumunan sehingga rawan menjadi episentrum penularan COVID-19.
Upaya pencegahan tidak bisa hanya melibatkan beberapa pihak saja tetapi harus melibatkan semua pihak mulai dari pedagang, pemasok, pembeli, pengelola pasar dan pihak-pihak terkait lainnya.
Pasar sebagai jantung perekonomian masyarakat tetap harus beroperasi di tengah pandemi COVID-19. Semua pihak yang terkait dengan pasar harus konsisten menerapkan protokol kesehatan agar pasar dapat tetap beroperasi di tengah pandemi COVID-19.
Sementara itu Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memastikan pasar-pasar tradisional di ibu kota telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik sesuai dengan ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
"Sesuai arahan Gubernur saya melakukan pengecekan, memastikan pasar merupakan unit kegiatan yang harus melaksanakan PSBB masa transisi menuju masyarakat sehat, aman dan produktif," kata Riza usai mengecek Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (20/6).
Riza didampingi Direktur Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin, Kasatpol PP DKI Jakarta Arifin beserta jajaran berkeliling mengecek penerapan protokol kesehatan di Pasar Palmerah.
Menurut Riza, dari hasil pengecekan yang dilakukannya menunjukkan Pasar Palmerah telah menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan baik seperti pedagang dan pengunjung wajib memakai masker, bahkan ada yang memakai pelindung wajah, tersedia tempat pencuci tangan dan marka untuk menjaga jarak fisik.
Riza mengapresiasi kedisiplinan pedagang Pasar Palmerah untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Beberapa pedagang yang sempat berbincang dengannya mengatakan akan menolak melayani pembeli apabila tidak menggunakan masker.
"Terima kasih kepada pedagang yang membantu kita semua untuk menyosialisasikan dan mengingatkan kepada warga untuk senantiasa menggunakan masker dan jaga jarak," kata Riza.
Riza berharap kepatuhan para pedagang di pasar tradisional menerapkan PSBB transisi dapat menjadi contoh yang baik untuk pedagang lainnya, pengelola pasar dan juga pengunjung.
Riza mengakui sudah ada beberapa pasar tradisional yang ditutup karena ditemukan beberapa pedagang yang terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan hasil tes usap yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Menurut dia, sudah 33 pasar yang dilakukan uji usap oleh Dinkes DKI, terdapat tujuh pasar hasilnya negatif dan 12 pasar ditemukan positif.
"Ada 79 pedagang yang terkena (COVID-19) dan sudah dilakukan isolasi mandiri. Terhadap 12 pasar yang ditemukan kasus positif sudah kita lakukan penutupan sementara," kata Riza.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum juga meninjau penerapan protokol kesehatan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di pasar tradisional yaitu di Pasar Sukaraja Pasirhalang, Kabupaten Sukabumi, Selasa (16/6).
Uu mengatakan kedisiplinan pedagang, pembeli dan pengelola pasar, amat krusial dalam penerapan protokol kesehatan, terutama jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan. "Ini untuk kemaslahatan kita semua, untuk kesehatan semua harus dijaga. Prinsipnya di Pasar Sukaraja hampir 80 persen pakai masker, maka kesadaran masyarakat perlu didorong terus," kata Uu.
Ia berharap para pedagang pasar, pembeli, semuanya mengikuti aturan dan imbauan serta SOP yang ditentukan, yaitu dalam suasana AKB seluruh warga harus memakai masker, sering cuci tangan dan jaga jarak.
Menurut dia, kedisplinan dalam penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional dapat terbentuk apabila semua pihak, baik pedagang, pembeli dan pengelola pasar, saling mengingatkan. Ia pun meminta kepada pengelola pasar intensif menjaga kebersihan.
Penerapan ketat
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meminta seluruh pihak agar menerapkan protokol kesehatan secara ketat di kawasan pasar tradisional sehingga tidak ada kejadian seperti di Beijing, Tiongkok.
Muhadjir tidak ingin pasar tradisional di Indonesia menjadi episentrum baru kasus penyebaran COVID-19 seperti yang terjadi di Beijing, Tiongkok, saat diberi relaksasi oleh pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi.
Sebelumnya otoritas medis Beijing mencatat 36 kasus baru COCID-19 pada Minggu (14/6) yang seluruhnya terkait dengan pasar grosir makanan dan meningkatkan kekhawatiran adanya lonjakan kasus positif COVID-19 di negara yang telah mengurangi infeksi virus corona secara tajam.
Otoritas medis memerintahkan pengujian terhadap siapa saja yang terkait dengan Pasar Xinfadi. Lebih dari 1.500 ton makanan laut, 18.000 ton sayuran dan 20.000 ton buah diperdagangkan di pasar itu setiap hari.
"Bagaimanapun kita harus melangkah optimis dan hati-hati, agar tidak terjadi masalah yang tidak kita harapkan, di mana pasar tradisional menjadi episentrum (COVID-19) seperti di Beijing," kata Muhadjir di Pasar Sederhana Kota Bandung, Sabtu (20/6).
Dia pun tak menampik bahwa ada kendala soal pembatasan fisik di pasar tradisional yang kerap dipadati warga, apalagi tidak jarang jarak antarpembeli dan pedagang cukup berdekatan.
Muhadjir itu meminta pemerintah daerah, pengelola pasar dan masyarakat agar menerapkan pola protokol kesehatan sesuai dengan kondisi di pasar tradisional masing-masing.
"Karena hanya itu yang kita jadikan dasar untuk memastikan bahwa semua kegiatan pasar tradisional untuk bisa bergerak, agar ekonomi kita jangan sampai terpuruk, karena tidak mungkin kita terus dihantui COVID-19 ini," kata dia.
Senada dengan Muhadjir, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga mengatakan protokol kesehatan di pasar bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing pasar.
"Yang jelas budayakan semua pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan, ada tempat cuci tangan dengan sabun yang berfungsi dengan baik, itu yang penting," kata dokter militer mantan Kepala Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta itu.
Jangan biarkan pasar jadi sarang virus corona baru
Senin, 22 Juni 2020 10:25 WIB