Denpasar (Antara Bali) - Pengamat politik, Eep Saefulloh Fatah, memprediksi konstelasi politik di Provinsi Bali makin dinamis sehingga semua partai politik memiliki peluang yang sama untuk menang dalam Pemilu 2014.
"Berdasarkan data perolehan suara dalam tiga kali pemilu sebelumnya, saya dapat menyimpulkan bahwa peta politik di Bali terus bergerak dan makin dinamis," katanya dalam Refleksi Akhir Tahun 2011 bersama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Bali di Denpasar, Sabtu.
Ia menyebutkan bahwa pada Pemilu 1999, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendominasi perolehan suara dengan 79 persen suara. Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) harus puas di tempat kedua dan ketiga, masing-masing dengan 10,45 persen dan 1,07 persen suara.
Namun pada Pemilu 2004, perolehan suara PDIP menurun menjadi hanya 52,9 persen. Perolehan Golkar justru naik menjadi 16,8 persen dan Partai Demokrat sebagai parpol baru mampu meraih 6,4 persen suara.
Kemudian dalam Pemilu 2009, perolehan PDIP makin menyusut hingga menjadi 40,15 persen suara, sedangkan Golkar terdongkrak hingga meraih 19,25 persen suara. Dan yang mengejutkan Partai Demokrat mampu mengumpulkan 17,06 persen.
Pada pemilu dua tahun lalu, persebaran suara PDIP tidak lagi merata di semua kabupaten/kota di Bali. Kabupaten Jembrana justru dikuasai oleh Partai Demokrat, sedangkan Kabupaten Karangasem oleh Golkar.
Terkait dengan makin menurunnya popularitas Partai Demokrat dan bersinarnya Partai Golkar sebagaimana hasil survei beberapa hari terakhir, Eep tidak melihatnya sebagai gambaran umum untuk memprediksi hasil Pemilu 2014 karena sampai saat ini mayoritas pemilih belum menentukan pilihan.
Selain itu, tidak ada upaya dari kader PDIP untuk membalikkan pandangan politik masyarakat Bali terkait makin merosotnya popularias Partai Demokrat.
"Jadi, menurut saya kemenangan Pemilu 2014 dapat diraih siapa saja, tergantung usaha dan kerja keras kadernya masing-masing," kata pengajar dan peneliti di Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia itu.(M038)