Denpasar (ANTARA) - Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Bali menginginkan para praktisi radio di Pulau Dewata dapat menciptakan program siaran yang unggul dan berdaya saing tinggi sesuai kebutuhan masyarakat dan industri.
"Kami menyadari lembaga penyiaran radio siaran sedang menghadapi tantangan global, baik dari sisi pesatnya teknologi informasi dan komunikasi maupun semakin ketatnya persaingan antarmedia, sehingga banyak sekali alternatif media yang bermunculan akibat teknologi yang semakin berkembang dan memengaruhi pola konsumsi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan informasi dan hiburan," kata Ketua PRSSNI Bali Komang Agus Satuhedi, di Denpasar, Jumat.
Oleh karena itu, saat menyampaikan sambutan dalam acara "Radio Academy 2" itu, Agus menekankan bahwa penyelenggaraan penyiaran dan program radio siaran yang berkualitas semakin dibutuhkan, khususnya dari sektor pelaku siaran di lini terdepan, yakni para "programing".
Hal itu pula yang melatarbelakangi acara "Radio Academy 2" yang digelar dengan melibatkan para "programing" yang datang dari 70 stasiun radio siaran se-Bali kali ini mengangkat tajuk "Riset dan Radio Programing, Upaya penguatan Industri Radio".
"Kompetensi programing akan menjadi kunci utama dalam upaya mewujudkan tujuan konten siaran yang berkualitas untuk mencerdaskan, memberi dampak luas, dan seiring sejalan pula dengan kebijakan dan program Bapak Gubernur Bali yaitu 'Nangun Sat Kerthi Loka Bali," ucapnya.
Dalam visi tersebut, sarat berisi penghormatan dan perlindungan pada budaya dan kearifan lokal serta tumbuhnya persaingan usaha penyiaran yang sehat dan dinamis.
"Radio siaran yang sangat mengandalkan potensi audio dengan karakteristik intrusif-personal-nya, harus mampu dioptimalkan sedemikian rupa, agar pesan-pesan yang disampaikannya benar-benar berdampak positif pada para pendengarnya," ujar Agus Satuhedi.
Sementara itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Bali I Made Sunarsa mengatakan, sesuai dengan tugas dan kewajiban komisi penyiaran maka salah satu kegiatan penguatan lembaga penyiaran dengan melaksanakan "radio academy"
"Pelaksanaan kali ini lebih tajam membangun kekuatan program, sehingga diharapkan akan bisa melahirkan program-program yang sesuai dengan tren kekinian, namun tetap menjaga khasanah sebagai media publik," katanya.
Kegiatan penguatan radio, lanjut dia, juga apat membantu pemerintah dan masyarakat untuk menangkal hoaks. Radio pun harus mampu menciptakan program mengkombinasi informasi, pendidikan,dan hiburan dengan baik.
"Radio harus mampu membangun masyarakat dari generasi penunduk (gadget) menjadi generasi yang juga siap dan mau mendengar. Radio academy juga kita harapkan akan menggeliatkan industri penyiaran dari sisi bisnis. Dengan program siaran yang baik maka perlahan radio akan kembali menjadi sumber informai dan hiburan yang diminati," ucapnya.
Namun, Sunarsa menekankan, langkah penguatan penyiaran radio tidak bisa berhenti sampai "radio academy", lembaga penyaiaran harus terus mencari langkah strategis, dengan bersinergi denga para pihak, bahkan membangun komunikasi positif.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengapresiasi terlaksananya "Radio Academy" untuk meningkatkan kualitas SDM dan siaran radio dengan lebih menitikberatkan pada pelatihan pemrograman acara radio dan riset data.
"Saya berharap outputnya dapat menghasilkan insan dan industri radio yang profesional sejalan dengan visi Gubernur Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali," ucapnya.
Menurut Putri Koster, pertumbuhan jumlah radio siaran yang luar biasa apabila tidak diimbangi dengan suplai SDM yang memadai secara kuantitas dan kualitas akan berdampak kurang baik. Walaupun saat ini sudah ada perguruan beberapa perguruan tinggi mulai membuka jurusan "broadcasting", namun jumlah lulusan belum mencukupi kebutuhan industri dari sisi jumlah maupun kualifikasi.
Hal senada disampaikan Ketua Umum PRSSSNI Eric Thohir dalam sambutannya yang dibacakan Ketua Bidang Hubungan Pemerintahan dan Regulator K Candi P Sinaga. Pihaknya memandang materi yang disampaikan dalam Radio Academy 2 sangat tepat.
"Bagi media apapun, 'content is the king'. Untuk bisa menarik pendengar yang banyak, radio perlu konten atau program yang bagus, dan itu harus dilakukan pemetaan atau riset yang tepat. Tidak kalah penting, program yang bagus harus dikemas, diproduksi, dan dibawakan oleh SDM yang tepat," katanya.
Dalam kesempatan itu juga menghadirkan pembicara Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana dan Dr Luh Riniti Rahayu mewakili Majelis Desa Adat Provinsi Bali.
PRSSNI-KPID Bali: praktisi radio perlu buat program berdaya saing tinggi
Jumat, 22 November 2019 17:17 WIB