Semarapura (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Wayan Koster mengajak berbagai "pasemetonan" atau klan di Pulau Dewata untuk bersatu dan bersama-sama membangun daerah menjadi lebih baik.
"Saya harap semua tidak hanya berpikir dari segi internal semata, namun lebih dari itu harus mampu bekerja sama demi Bali sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yaitu membangun Bali beserta isinya," kata Koster saat memberikan 'dharma wacana' atau ceramah pada ritual Karya Memungkah, di Pura Dalem Agung Kawitan Shri Nararya Khresna Kepakisan, di Semarapura, Klungkung, Rabu.
Di Bali sendiri ada sekitar 18 "pasemetonan" dan salah satunya adalah Shri Nararya Khresna Kepakisan. Dia berharap dengan keberadaan "pasemetonan" tidak pecah dan malah bersama-sama bersinergi dengan semangat gotong royong ikut berpartisipasi dalam pembangunan Bali.
Orang nomor satu di Bali itu juga mengaku sangat bangga dengan semangat pasemetonan yang mulai tumbuh akhir-akhir ini, karena ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur serta upaya untuk melestarikan budaya dan adat Bali.
"Selain itu, semangat pasemetonan merupakan cara untuk melanjutkan cita-cita leluhur, ngaturang ayah buat pasemetonan serta tanggung jawab untuk leluhur," ujarnya dalam acara yang juga turut dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirtha serta Penglingsir Puri Mengwi AA Gede Agung.
Koster berharap melalui pasemetonan ini bisa melestarikan adat, tradisi dan budaya Bali, karena hal tersebut berawal dari masyarakat Bali sendiri.
Sementara itu, Ketua Panitia I Wayan Legawa mengatakan upacara ini serangkaian Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Mapedudusan Agung, tawur Balik Sumpah Agung di Dalem Agung Pura Kawitan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan, yang puncaknya pada Saniscara Kliwon Kuningan, 5 Januari 2019.
Upacara tawur balik sumpah agung dipuput (dipimpin) Ida Pedanda Griya Singarata, Ida Pedanda Wayahan Buhda Wayahan Dharma, dan Ida Rsi Griya Angkling. Sedangkan untuk mendem Pedagingan dipuput Ida Pedanda Kekeran Blahbatuh.
Upacara tawur balik sumpah bertujuan untuk meningkatkan dan memuliakan segala isi alam dari unsur-unsur negatif agar menjadi positif, sehingga terjadi keseimbangan ekosistem. Dengan seimbangnya ekosistem itu, maka pratisentana (keturunan) Ida Bhatara Kawitan akan memperoleh kehidupan yang bahagia lahir batin.
Setelah usai upacara tawur balik sumpah, selanjutnya dilakukan upacara mendem pedagingan. Upacara ini bertujuan memfungsikan dan menghidupkan kembali bangunan atau pelinggih-pelinggih yang usai dilakukan pemugaran. Upacara ini sebagai simbol singgasana Hyang Widhi atau Ida Bhatara Kawitan yang distanakan.
Dalam upacara Tawur Balik Sumpah Agung dan Mendem Pedagingan juga dipentaskan sejumlah tarian sakral diantaranya, wayang lemah, topeng, rejang dewa, baris gede, dengan iringan gong tegak.