Ubud (Antaranews Bali) - Kegiatan Ubud Writers and Readers Festival (UWFR) 2018 target mampu menarik kedatangan lebih dari 21.000 turis domestk dan asing karena hadirnya 180 penulis buku, puisi, aktivis dari 30 negara ke kabupaten Gianyar, Bali.
“Tahun lalu, kegiatan mampu menarik kedatangan 21.000 turis, dan tahun ini kami harapkan lebih banyak lagi,” kata Ketut Suardana, pendiri yayasan Mudra Swari Saraswati, di Gianyar, Rabu.
Yayasan Mudra Swari Saraswati ini yang mewadahi kegiatan UWRF 2018 yang sudah berjalan selama 15 tahun.
“Kami optimis kegiatan ini dapat mendatangkan lebih banyak turis dari tahun ke tahun karena kami selalu meningkatkan pertemuan ini makin baik setiap tahunnya,” tambah Ketut Suardana.
“Beberapa penulis dan aktivis yang memiliki nama besar seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti , pakar teroris internasional Sidney Jones, mantan Menlu Marty Natalegawa, Sapardi Djoko Damono, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid -Yenny Wahid Bagir hadir dan menjadi narasumber di acara ini,” kata Janet DeNeefe, direktur pelaksana UWRF 2018, menambahkan
Sayangnya, Ndaba mandela cucu pejuang anti diskriminsi warna kulit dan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, membatalkan kedatangannya ke Ubud menjelang acara ini dimulai, tambah Janet.
UWRF yang sudah berjalan selama 15 tahun ini akan dihadiri pula penulis kondang lainnya seperti pemilik penerbit buku Mizan Haidar Bagir, Debra Yatim, Leila S Chudori, Dee Lestari, Djenar Maesa Ayu dan praktisi hokum Todung Mulya Lubis hadir dan menjadi narasumber di UWRF 2018 ini.
Tak hanya menampilkan para penulis buku terkenal, UWRF 2018 ini akan memutar film-film terbaik diantaranya Charlie Chaplin in Bali, pengunjung akan disuguhkan film Marlina: Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Film-film menarik lainnya yang bakal diputar adalah Love is Bird, Laut Bercerita akan diputar film Sekala Niskala, ujat Janet DeNeefe.
UWRF yang memasuki pelaksanaan ke-15 tahun ini mengusung tema ‘Jagadhita’. Jagat artinya bumi dan “Hita” adalah keinginan akan kesejahteraan. Jagadhita adalah pencapaian kesejahteraan hidup yang diinginkan atas karma dari seseorang, keluarga, masyarakat, atau bangsa di muka bumi ini, tambah Ketut Suardana.