Denpasar (Antaranews Bali) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti turut menjadi pembicara dalam ajang "Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2018" yang akan digelar pada 24-28 Oktober mendatang di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
"Kami sengaja mengundang Ibu Susi karena merupakan korelasi kami terhadap pengembangan tema "Jagadhita" yang kami usung dalam UWRF ke-15 ini, khususnya bagaimana harmonisasi kita terhadap lingkungan," kata General Manager UWRF Kadek Sri Purnami di Denpasar, Selasa.
Sebagai festival sastra, seni, dan budaya terbesar di Asia Tenggara, menurut dia, UWRF tetap berpijak pada kearifan lokal Bali sehingga tema "Jagadhita" yang diangkat masih terkait dengan tema pelaksanaan UWRF tahun-tahun sebelumnya.
"Kami melihat isu-isu lingkungan penting kami tampilkan dan menjadi hal menarik yang bisa disampaikan kepada publik. Jadi, seluruh pembicara yang kami undang akan berbicara terkait dengan tema, di samping sastra tetap menjadi isu utama yang kami sampaikan," ucap Sri Purnami pada acara yang dipandu oleh Wayan Juniartha itu.
Menteri Susi, usai "Festival Welcome" yang dijadwalkan di NEKA Museum, Ubud, pada 25 Oktober mendatang akan menceritakan langsung mengenai perjuangannya dalam melindungi sumber daya laut dan mengusahakan kesejahteraan nelayan di Indonesia.
Ia mengatakan dalam UWRF tahun ini juga kedatangan Yeb Sano selaku Executive Director Greenpeace Asia Tenggara. Yeb Sano akan hadir dalam sesi "Climate Campaigner" untuk menyampaikan gagasan terbaik dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
Yeb Sano juga akan berbagi meja diskusi dengan sosok-sosok yang bekerja untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti Bustar Maitar dan Tom Owen Edmunds dalam sesi "Fighting for The Forest".
Ada juga sesi untuk menjawab pengurangan risiko bencana dan yang perlu dilakukan untuk menghadapi bersama dengan menghadirkan seniman Daisuke Takeya, Kepala Subdivisi Mitigasi Bencana Vulkanik Indonesia Timur PVMBG Devi Kamil Syahbana, dan Direktur Yayasang IDEP Ade Andreawan.
"Masih terkait lingkungan, juga ditampilkan pembicara yang hidup di alam seperti Butet Manurung, tentang bagaimana kisah-kisah hidup di situ mengabadikan suku-sukunya, dan sebagainya," ujar Sri Purnami.
Sri Purnami menambahkan secara total lebih dari 180 pembicara festival yang datang dari 30 negara akan memeriahkan UWRD ke-15.
Tentu saja, kata dia, UWRF 2018 juga akan menghadirkan nama besar dunia sastra Indonesia yaitu Sapardi Djoko Damono, penyair kawakan Indonesia Warih Wisatsana dan penyair penerima penghargaan Honourable Mention 2018 Gratiagusti Chananya Rompas.
Selain itu, pegiat kebebasan beragama Yenny Wahid juga akan hadir sebagai pembicara untuk mengungkapkan pentingnya toleransi dan multikulturalisme di tengah-tengah fundamentalisme beragama.
Ketut Suardana, pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati yang menaungi UWRF, mengharapkan lewat tema "Jagadhita" yang diangkat dalam UWRF tahun ini dapat turut membangun karakter manusia ke depan yang lebih baik.
"Jagadhita", lanjut dia, salah satu filosofi yang terkait dengan karma dan dimensi waktu.
"Apa yang perbuat, itu yang kita terima, sedangkan terkait dimensi waktu, juga tidak bisa dilepaskan bagaimana proses kita mengadopsi hal-hal yang baru sesuai perkembangan zaman," ujarnya.
Untuk mencapai masa depan yang lebih baik, lanjut Suardana, memang tidak akan mudah dan juga memerlukan investasi di bidang spiritual.
UWRF 2018 yang berlangsung selama lima hari tersebut, selain diisi dengan panel-panel diskusi, juga berisikan program lokakarya, peluncuran buku, pertunjukan musik, pemutaran film, dan pameran seni. (WDY)