Denpasar (Antaranews Bali) - Kota Denpasar, Bali mengalami deflasi sebesar 0,03 persen pada bulan Mei 2018, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 129,46, sehingga tingkat inflasi tahun kelender Januari-Mei 2018 mencapai 1,79 persen.
"Tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Mei 2018 terhadap Mei 2017 (YoY) tercatat sebesar 3,08 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, kondisi tersebut ditunjukkan oleh turunnya indeks pada dua kelompok pengeluaran, yakni, kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,88 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,02 persen.
Sedangkan kelompok yang mengalami peningkatan indeks atan inflasi antara lain pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,54 persen, kelompok kesehatan 0,38 persen, kelompok sandang sebesar 0,26 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,26 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,13 persen.
"Komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga antara lain, cabai merah, beras, cabai rawit, dan tarif angkutan udara. Komoditas yang mengalami inflasi antara lain, daging ayam ras, ikan tongkol pindang, buku tulis bergaris, sepeda motor, dan emas perhiasan," ujar Adi Nugroho.
Ia menjelaskan, secara umum deflasi pada bulan Mei 2018 tercatat disumbangkan oleh kelompok bahan makanan dengan andil deflasi mencapai 0,1764 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,0034 persen.
Pada periode yang sama kelompok komoditas yang menyumbangkan inflasi meliputi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mencapai 0,0462 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,0434 persen, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,0240 persen, kelompok kesehatan 0,0226 persen, kelompok sandang 0,0132 persen.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran suvei tercatat 17 kota mengalami deflasi dan 65 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi tercatat di Pangkal Pinang (Kepulauan Bangka Belitung) mencapai 0,99 persen dan terendah di Pematang Siantar (Sumatera Utara) 0,01 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi tercatat di Tual (Maluku) 1,88 persen dan terendah di Purwokerto (Jawa Tengah) dan Tangerang (Banten) masing-masing sebesar 0,01 persen.
Jika diurutkan dari deflasi tertinggi, maka kota Denpasar menempati urutan ke-15 dari 17 kota yang mengalami deflasi pada Mei 2018, ujar Adi Nugroho.
Adi Nugroho menambahkan, Kota Singaraja, Bali utara pada bulan Mei 2018 juga mengalami hal yang sama yakni deflasi sebesar 0,33 persen, dengan indeks harga konsumen 140,91 persen, Tingkat inflasi tahun kelender Januari-Mei 2018 sebesar 0,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun, Mei 2018 terhadap Mei 2017 (yoy) 2,61 persen.
Deflasi tersebut ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,74 persen serta kelompok bahan makanan sebesar 0,68 persen.
Sejumlah komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi tersebut antara lain beras, pasir, batako, ikan tongkol, cabai rawit, cabai merah, tomat sayur, air kemassan dan mentimun.
Dengan demikian Kota Singaraja menempati urutan ke-7 dari 17 kota di Indonesia yang mengalami deflasi, ujar Adi Nugroho. (WDY)