Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Sekelompok kalangan intelektual di Bali sama sekali tidak mengonsumsi buah-buahan impor, meskipun dari segi bentuk dan rasa jauh lebih baik dan enak dibanding buah lokal produksi petani setempat.
Bali sejak 1985 sudah mengajak dan mengharapkan masyarakat untuk mengonsumsi buah lokal, dan menghindari buah impor, sebagai upaya menghemat devisa negara, sekaligus mengangkat harkat dan martabat petani.
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pertanian setempat berupaya mengajak kalangan hotel dan restoran agar menyuguhkan buah lokal kepada wisatawan mancanegara yang sedang berliburan di Pulau Dewata, kata Guru Besar Fakultas Pertanian Univeristas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS.
Demikian pula mahasiswa dan kalangan perguruan tinggi melakukan kajian dan penelitian dalam meningkatkan mutu aneka jenis buah-buahan agar bisa sejajar dengan aneka jenis buah-buahan impor.
Adanya upaya Pemerintah meluncurkan program "Gemar Buah Indonesia" untuk meningkatkan konsumsi buah lokal di pasar domestik mendapat sambutan dan dukungan positif di daerah tujuan wisata Pulau Bali.
Peluncuran gerakan "Gemar Buah Indonesia" yang ditandai dengan "belah" miniatur buah durian oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Pertanian Suswono dan Rektor IPB Herry Suhardiyanto di Parkir Timur Senayan, Jakarta, diharapkan berdampak positif dalam mengajak masyarakat Bali mengonsumsi buah lokal.
Suswono berharap program "Gemar Buah Indonesia" mampu meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap buah lokal yang memiliki kualitas tak kalah dari buah impor.
Sejumlah pedagang buah-buahan yang ada di pusat-pusat perbelanjaan maupun di pasar tradisional di Denpasar, Bali, tampaknya menyambut baik program "Gemar Buah Indonesia" yang diluncurkan pemerintah pusat tersebut.
Pemuka masyarakat di Bali sebenarnya sejak lama sudah mengimbau masyarakat agar menggunakan buah lokal untuk sarana pembuatan upakara ritual keagamaan, dan itu diharapkan segera bisa dipatuhi, tutur Ni Nyoman Suwarni, salah seorang pedagang di Pasar Badung, Kota Denpasar.
Masyarakat Bali sudah menyadari bahwa buah lokal yang memiliki kualitas tidak kalah dari buah impor, terbukti dalam rangkaian hari Raya Galungan dan Kuningan, hari raya terbesar umat Hindu di Bali dalam memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), mulai memanfaatkan buah lokal.
Masyarakat semakin menggemari buah lokal, di samping rasanya lebih enak sesuai rasa yang sudah melekat, buah impor harganya lebih mahal dan pembeli memiliki rasa was-was akibat kulit buah impor diduga banyak mengandung residu obat pengawet.
Buah dari luar negeri dapat dipastikan ada pengawetnya, masyarakat mulai khawatir karena bisa mengganggu kesehatan, jika memakannya berlebihan, tutur Suwarni, sedangkan buah lokal hampir tidak ada pengawetnya.
"Kami menyambut baik program pemerintah tentang "Gemar Buah Indonesia" tidak saja ditujukan kepada rakyat juga kepada pengusaha hotel dan restoran di Bali yang banyak memerlukan buah untuk turis," kata Sadikin, seorang pedagang lainnya.
Ia yang pedagang pengepul buah di pasar tradisional di pinggiran Kota Denpasar mengatakan, pihaknya mendatangkan berbagai jenis buah-buahan dari Jawa seperti pisang, pepaya, buah naga untuk konsumsi masyarakat Pulau Dewata.
Masyarakat Bali khususnya umat Hindu pada saat Hari Raya Galungan (6/7) dan Hari Raya Kuningan (16/7), melakukan kegiatan ritual berskala besar sehingga memerlukan buah-buahan sebagai bahan upacara ritual dalam jumlah banyak.
"Kami menyuplai pisang dan janur sampai ke pasar tradisional di Kecamatan Ubud, Tegalalang dan Payangan, semuanya berada di daerah pedalaman di Kabupaten Gianyar," tutur Sadikin.
Ada belasan pedagang buah-buahan dari Jawa memenuhi permintaan masyarakat akan buah segar sebagai bahan upacara adat dan keagamaan, di samping memenuhi pengusaha hotel dan restoran di daerah ini untuk konsumsi turis.
Upaya tersebut perlu diimbangi dengan adanya kebijakan pemerintah Provinsi Bali maupun pemerintah kabupaten, kota di daerah ini untuk lebih mengutamakan konsumsi buah lokal saat melakukan jamuan-jamuan resmi maupun di rumah tangga sehingga bisa dicontoh oleh masyarakatnya.
Hotel suguhkan buah lokal
Gubernur Bali Made Mangku Pastika sangat mendukung rintisan dan terobosan yang dilakukan sejumlah hotel berbintang dengan menyuguhkan aneka jenis buah-buahan yang diproduksi petani setempat kepada wisatawan saat menikmati liburannya di daerah ini.
Upaya yang dilakukan kalangan hotel dinilai cukup membantu dalam pemasaran hasil pertanian, khususnya hortikultura hasil petani setempat. Beberapa kalangan hotel mulai menyuguhkan buah rambutan, salak dan markisa kepada tamunya di masing-masing kamar hotel.
Upaya yang dilakukan sejumlah hotel itu hendaknya dapat diperluas di kalangan restoran dan seluruh hotel di Pulai Dewata, di samping memanfaatkan hasil pertanian lainnya dalam memenuhi kebutuhan wisatawan selama menikmati liburan di Bali.
"Hasil pertanian lain yang mutunya tidak kalah bersaing dengan produk impor antara lain daging sapi Bali, kopi Kintamani dan jamu mete organik, di samping komoditi perikanan," tutur Gubernur Pastika.
Ia mengharapkan adanya komitmen dari kalangan hotel, restoran dan semua pihak untuk menampung dan memanfaatkan hasil pertanian lokal, sehingga petani tidak kesulitan dalam bidang pemasaran.
Kegiatan pariwisata secara ekonomi mampu memberikan dampak yang sangat luas, tidak hanya kepada petani, namun juga terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat di Pulau Dewata.
Untuk itu ke depan perlu dibangun agar masyarakat memiliki kefanatikan akan produk lokal, sekaligus menjadi prioritas dalam memenuhi kebutuhan pangan di Bali.
Prof Windia MS menambahkan, di balik mulai gemarnya masyarakat mengonsumsi buah lokal, masih penelitian menunjukkan, masyarakat ekonomi menengah ke atas di Bali menggunakan 0,3 pendapatannya untuk membeli aneka jenis buah-buahan impor untuk kelengkapan ritual dan konsumsi.
Itu artinya jika pendapatan masyarakat meningkat 100 persen, 30 persen di antaranya dimanfaatkan untuk membeli aneka jenis buah-buahan impor. Besarnya pengeluaran masyarakat, khususnya kalangan ekonomi menengah ke atas untuk membeli buah-buahan maupun hasil pertanian impor lainnya itu merupakan hasil penelitian dari salah seorang mahasiswanya dalam menyelesaikan studi S-1.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali mencatat impor aneka jenis buah-buah dan hasil hortikultura lainnya setiap bulan tidak kurang dari 27,5 ton. Produk itu didatangkan dari berbagai negara antara lain Thailand.
Namun, dengan adanya program "Gemar Buah Indonesia" diharapkan mampu memberikan dorongan dan mengajak masyarakat setempat untuk memanfaatkan dan mengkonsumsi hasil pertanian lokal, tidak lagi mengkonsumsi buah impor.
Dengan demikian akan mampu menghemat devisa negara, sekaligus meningkatkan harkat dan pendapatan petani, harap Prof Windia.(*)