Denpasar (ANTARA) - Dalam menggeluti dunia pertanian, petani perlu kreatif dalam membuat pupuk organik. Salah satu cara membuat pupuk organik adalah dengan mengaplikasikan Teknologi Effective Microorganisms atau yang disingkat EM. Dengan metode ini, petani akan bisa lebih hemat dalam pembiayaan usaha pertaniannya dan produk yang dihasilkan pun punya pasar khusus yang lebih berkualitas.
Teknologi EM itu sendiri ditemukan oleh Prof. Teruo Higa, seorang guru besar di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dengan konsep meningkatkan kualitas microorganisme baik atau mikro flora yang ada di dalam tanah, maka kesuburan tanah juga akan meningkat yang pada gilirannya menyuburkan tanaman.
Di Indonesia, teknologi EM ini dikembangkan sejak 1990 oleh Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, yang ilmunya dia dapatkan saat kuliah di Jepang.
Dalam sebuah acara podcast di Program EM Indonesia Official edisi perdana yang mengangkat topik ‘Mengenal EM Indonesia’, Gede Ngurah Wididana yang populer dengan sapaan Pak Oles menekankan bawa petani perlu berkreativitas membuat pupuk organik sendiri dengan menggunakan bahan-bahan organik yang murah dan mudah terjangkau. Dengan cara itu, maka petani akan berpeluang mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
“Kalaupun ada yang dibeli harus minimal,” ujar Gede Ngurah Wididana yang juga Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group saat diwawancarai Rai Setiawati dalam Podcast yang berlangsung di Kantor Pemasaran Produk Pak Oles di Jalan Tekda Kajeng Denpasar, belum lama ini.
Dalam wawancara itu, sosok pria yang selalu tampil enerjik tersebut menyebutkan, saat terjadi krisis moneter pada 1998, dimana harga pupuk mahal, distribusinya susah, maka momen tersebut dirasa ada peluang untuk mengajar petani membuat pupuk organik sendiri dengan bahan-bahan yang murah, misalnya dari kotoran ternak, perikanan hingga muncul sistem pertanian terpadu yang menggunakan teknologi EM. Hasilnya seperti beras organik, sayur, telor, daging serta buah-buahan organik lainnya yang punya pasar tersendiri dengan harga lebih menjanjikan.
“Dulu 20 tahun lalu, itu masih rasanya impossible, tapi sekarang ada peluang, tinggal mau diambil atau tidak,” ujar alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990).
Dalam upaya terus mengembangkan pengaplikasian teknologi EM khususnya di kalangan petani, Dr. Wididana juga mendirikan Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) di desa kelahirannya, Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali.
Lembaga yang sudah dirintis sejak 20 tahun itu menjadi tempat pelatihan tentang pertanian organik yang diperkuat tenaga-tenaga ahli di bidangnya. Peserta pelatihan di tempat ini sudah banyak dari berbagai kalangan, mulai anak-anak TK hingga mahasiswa, peneliti, pelaku pariwisata, apoteker, karyawan persiapan pensiun, hingga kalangan pejabat luar negeri.
Bagi Dr. Wididana, dalam menarik pengaplikasian EM tidak bisa dilakukan secara instan, namun perlu diberi contoh untuk menumbuhkan pola pikir terlebih dahulu akan rasa cinta pada pertanian dan cinta pada lingkungan. Selain melalui IPSA, juga cara-cara edukasi lewat podcast, webinar yang didukung data lapangan serta data ilmiah. Dan bersyukur, belakangan sudah mulai banyak adanya kegiatan-kegiatan penelitian, kunjungan lapangan, kreasi konten-konten kreatif tentang cara membuat pupuk murah, dan yang lainnya.
Dalam konteks yang lebih luas, seperti dalam buku yang diterbitkan Prof. Teruo Higa tentang “Bagaimana EM Menjaga Dunia”, faktor lingkungan sangat menentukan. Dalam menjaga lingkungan harus dimulai dari rumah tangga, seperti sampah dapur, limbah kota dan desa. Dan secara keseluruhan limbah industri seperti di hotel, restoran, harus diolah sehingga terwujudnya lingkungan yang bagus, air, tanah serta pertanian juga bagus.
Di bawah bendera PT Songgo Langit Persada (SLP) yang Direktur Utamanya Gede Ngurah Wididana telah memproduksi empat varian produk EM4, yakni EM4 tanaman/pertanian warna botol kuning, EM4 peternakan warna botol coklat, EM4 perikanan warna botol pink/merah muda dan EM4 toilet/limbah warna botol biru. Selain itu juga terdapat produk Minyak Rajas untuk menjaga kesehatan hewan peliharaan.
“Teknologi EM yang ditemukan oleh Dr. Teruo Higa, dengan nama produknya EM.1 dan EM.4 menjadi semakin dikenal di kalangan masyarakat petani, peternak, petambak dan pemerhati lingkungan,” ujar Gede Ngurah Wididana atau GNW.