Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika berencana untuk bersembahyang ke Pura Penataran Agung Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, serangkaian ritual "Piodalan Purnama Kapat" pada 5 Oktober 2017.
"Mudah-mudahan dengan doa tulus dan suci, pikiran yang baik, Gubernur ikut ke sana, mendoakan supaya rakyat kita tetap aman, sejahtera," kata Pastika usai menggelar pertemuan dengan konsul jenderal negara sahabat di Denpasar, Rabu.
Kehadirannya di situ, meskipun di tengah Gunung Agung berstatus Awas karena posisi gubernur secara niskala (bersifat rohani), secara adat dan budaya di Bali sebagai "panglingsir" atau orang yang dituakan di seluruh Bali.
"Gubernur itu kalau di Bali panglingsir, murdaning jagat Bali (orang dengan posisi tertinggi). Beda degan di tempat lain," ucapnya.
Kedatangannya ke Pura Besakih yang sebenarnya masuk dalam Kawasan Rawan Bencana 3 (karena radiusnya kurang dari 12 kilometer dari puncak gunung), bukan berarti dia mengesampingkan hitung-hitungan ilmiah dari ahli vulkanologi.
"Jadi saya pagi-pagi pantau dulu gunungnya, iya dong. Kalau sudah grudug-grudug mau meletus pergi ke situ, namanya nekat," ujar Pastika.
Pastika pun berseloroh bahwa dirinya orang biasa-biasa saja dan tidak akan bersikeras datang jika Gunung Agung sudah erupsi. "Kalau sudah meletus, masak kami nekat ke situ. Kami kan bukan orang sakti juga, biasa-biasa aja," ucapnya.
Dia berencana akan berangkat bersembahyang ke Pura Besakih setelah usai mengikuti Peringatan HUT TNI di Lapangan Puputan Margarana, Denpasar, pada Kamis (5/10) pagi.
Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Bali sebelumnya juga mengeluarkan seruan supaya masyarakat Bali dari berbagai agama melaksanakan doa bersama pada 5 Oktober 2017 tepat pukul 12.00 Wita untuk memohonkan supaya Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, tidak jadi meletus.
"Mudah-mudahan dengan doa yang tulus dari orang yang tulus dari seluruh umat beragama, apa yang kita mohonkan mudah-mudahan terkabul," ujar Ketua FKUB Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet.
Menurut dia, Gunung Agung sekalipun nantinya jadi meletus, hendaklah bukan dianggap sebagai bencana. Namun menjadi pembelajaran. Misalnya dari sisi tata ruang ke depannya terkait jalur-jalur lahar supaya tidak kembali menjadi permukiman penduduk.
"Lewat doa ini, kita semua berharap agar Bali tetap aman, damai, rahayu dan semakin makmur, sekalipun jadi meletus ataupun tidak," katanya. (WDY)