Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta Gabungan Industri Pariwisata Indonesia provinsi itu untuk mulai memikirkan keberlangsungan arah pariwisata ke depan, di tengah perubahan yang terjadi begitu cepat.
"Saat ini, tren dunia masuk di era digital, segala sesuatu kita akses pakai teknologi, mau tidak mau kita juga harus mengikutinya," kata Pastika saat menerima audiensi jajaran Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, pemanfaatan teknologi juga telah masuk ke dunia pariwisata. Dia mencontohkan hal kecil yang bisa dilihat adalah fasilitas google map dan informasi objek pariwisata yang sangat mudah diakses melalui ponsel pintar.
"Itu juga harus menjadi perhatian GIPI, bayangkan berbagai akses itu secara tidak langsung telah berimbas kepada tenaga kerja kita. Apa ke depan kita perlu pramuwisata lagi sementara informasi wisata begitu mudah kita dapatkan, dan bagaimana nasib para sopir kita jika wisatawan bisa bepergian sendiri tanpa takut tersesat karena dipandu google map. Karena statistik menunjukkan saat ini tiga profesi menghilang setiap harinya di dunia. Saya tidak ingin itu juga terjadi di Bali," selorohnya.
Hal lain yang menandai perubahan pariwisata di Bali adalah target wisatawan yang berbeda dari belasan bahkan puluhan tahun yang lalu.
Saat ini, tambah Pastika, jumlah wisatawan mancanegara asal Tiongkok yang datang ke Bali menunjukkan peningkatan signifikan, yang dengan kata lain juga membutuhkan SDM yang mampu melayani mereka.
"Pertanyaannya apakah kita sudah menyiapkan pramuwisata yang cukup untuk mereka? Jangan sampai semua pramuwisata untuk Tiongkok dirajai oleh bukan masyarakat lokal. Jadi setidaknya kita bersama sudah mengantisipasi hal ini," katanya.
Pastika juga mengingatkan agar pelaku pariwisata jangan hanya minta perlindungan regulasi, karena bagaimanapun juga tiap menerbitkan peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan di atasnya.
Untuk itu, dia ingin mengundang kembali pengurus GIPI guna duduk bersama membahas pariwisata di Bali. "Kita perlu bahas perubahan itu, apakah harus kita ikuti atau tidak, jika kita ikuti sampai sejauh mana jika tidak bagaimana konsekuensinya. Karena bagaimanapun, jika harus berubah, akar pariwisata Bali yang berlandaskan budaya dan tradisi tidak boleh hilang. Kita harus pikirkan pariwisata yang berkelanjutan untuk Bali," ucapnya.
Sementara itu Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana sependapat dengan pemikiran Gubernur Pastika. Menurutnya tren pariwisata bukan saja di Bali tapi juga di dunia sudah mulai berubah, apalagi ditambah dengan pesaing Bali yang makin gencar mempromosikan wisata mereka.
Dalam kesempatan itu, dia berjanji bahwa pihaknya akan lebih konsen mengantisipasi setiap perubahan yang ada. Dia pun sangat mengapresiasi undangan Gubernur Pastika untuk duduk bersama mulai dari birokrasi hingga pelaku pariwisata membahas perkembangan pariwisata dan langkah antisipasi.
Selain itu, kedatangan timnya pada pagi itu juga untuk melaporkan kegiatan Rapat Kerja GIPI yang akan dilaksanakan pada 23 Agustus mendatang.
Untuk itu, pihaknya berharap agar bisa melaksanakan raker di Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, sekaligus ingin mengundang Gubernur sebagai salah satu pembicara.
"Kami akan memasukkan ide Gubernur tentang pariwisata dalam program kerja GIPI yang akan dibahas di raker," ucap Partha Adnyana. (WDY)