Gianyar (Antara Bali) - Perajin perhiasan perak di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali, mengkombinasikan penggunaan bahan lain untuk menyiasati ekonomi saat ini yang lesu.
"Saya tidak mau hanyut dalam suasana ekonomi lesu, saya ingin siasati dengan merubah desain, bahan ke lebih murah seperti tembaga, kuningan dan alpaka," kata perajin perhiasan perak, Putu Sudi Adnyani di Gianyar, Senin.
Selain itu untuk menjaga agar pembeli tidak bosan, ia kerap berinovasi dalam setiap desain yang diambil dari alam seperti daun akar, batu, hingga satwa.
Dia mengaku bahwa untuk mendapatkan material perak dan bahan lainnya pihaknya bekerja sama dengan koperasi di desa setempat yang mendistribusikan bahan baku.
Saat ini kendala lain yang dihadapi adalah pemasaran kepada masyarakat lebih luas.
Untuk itu adanya festival perhiasan celuk yang baru pertama kali digelar diharapkan menjadi pintu gerbang lebih luas pemasaran kepada konsumen.
Festival di desa yang dikenal sebagai sentra kerajinan perak itu digelar di Wantilan Desa Celuk mulai 6 hingga 14 Agustus 2016.
Meski perekonomian Bali pada triwulan pertama tahun 2016 menunjukkan kinerja positif yakni melonjak dari pertumbuhan 5,96 persen pada triwulan IV Desember 2015 menjadi 6.04 persen, namun pertumbuhan ekonomi masih dibayangi kelesuan ekonomi tahun 2015.
Bank Indonesia saat diseminasi hasil kajian ekonomi keuangan regional Bali triwulan I 2016 menyebutkan potensi kenaikan harga minyak dunia dan jalur logistik di Bali yang masih belum efisien sedangkan kunjungan wisatawan mengalami peningkatan menjadi salah satu kendala yang perlu diantisipasi. (WDY)