Karangasem (Antara Bali) - Umat Hindu di Bali ramai-ramai "mekemit" atau berjaga di pura serangkaian Hari Raya Siwaratri yang berlangsung setahun sekali, tepatnya pada Catur Dasi Krsna Paksa Bulan Magha, yang jatuh Senin (3/1).
Seperti halnya di Pura Penataran Pande Bujaga, Rendang, Kabupaten Karangasem, tampak sejak Senin pagi umat Hindu telah melakukan serangkaian peribadatan untuk selanjutnya "mekemit" semalam suntuk hingga Selasa pagi.
Jro Mangku Pande Made Tastra, tokoh spiritual setempat mengatakan, Siwaratri merupakan hari suci, di mana umat Hindu memaknai sebagai hari untuk menyucikan diri.
Upaya penyucian diri itu tidak hanya dilakukan umat melalui mekemit atau "jagra", tetapi juga dengan melaksanakan "upawasa" (tidak makan dan tidak minum) dan "monabrata" (berdiam diri atau tidak bicara yang bukan-bukan), ucapnya.
Jro Mangku Komang Merta, tokoh spiritual asal Desa Nongan, Karangasem mengungkapkan, saat Siwaratri sebagian besar warga di kampungnya beramai-ramai melakukan "mekemit" atau berjaga semalaman di Pura Penataran Pande Bujaga. Tradisi itu sudah berlangsung sejak lama dan berlaku turun-temurun dari generasi ke generasi.
"Biasanya, sebagian besar warga, baik anak-anak, remaja maupun orang tua, ke pura mulai pukul 19.00. Begitu sampai di pura, warga langsung melakukan persembahyangan bersama," ujar wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang banten (perlengkapan ritual) itu.
Sembahyang yang dilakukan, kata Jro Mangku, berlangsung selama tiga kali. Yakni saat pertama kali datang ke pura sekitar pukul 19.00, selanjutnya pada pukul 24.00 dan sembahyang terakhir pada pagi hari pukul 06.00 Wita. Usai melakukan persembahyangan di keremangan pagi, warga pun kembali ke rumah masing-masing.
Dia menyebutkan, saat melakukan "jagra", para orang tua akan "megending" atau menyanyikan tembang-tembang suci. Anak-anak muda akan "megambel" sebagai pengiring tembang suci yang mengalun. Suasana syahdu akan terasa di keheningan malam, hingga akhirnya fajar menyingsing.
"Nyanyian lagu-lagu suci berakhir menjelang pagi. Setelah bersembahyang, warga akan kembali. Tradisi 'mekemit' di pura inilah yang membedakan Siwaratri dengan hari raya lainnya bagi umat Hindu di Bali," katanya.(*)
