Negara (Antara Bali) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) optimis, Kebun Raya Jagatnatha di Kabupaten Jembrana, Bali akan berlanjut pembangunan maupun pemeliharaannya.
Hal tersebut disampaikan peneliti LIPI Joko Ridho Witono saat menerima rombongan Pemkab Jembrana di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/5).
"Ada peraturan presiden yang menegaskan, jika suatu lokasi sudah ditetapkan sebagai kebun raya, maka tidak boleh dialihfungsikan," katanya.
Ia mengatakan, dengan adanya Peraturan Presiden No 93 Tahun 2011 tersebut, bisa menjadi jaminan keberadaan kebun raya akan terus berlanjut, terlepas dari siapapun yang menjadi pemimpin pemerintahan.
Terkait dengan Kebun Raya Jagatnatha, ia mengatakan, pihaknya memiliki kewajiban untuk melakukan pendampingan teknis.
"Meskipun kebun raya itu milik daerah atau institusi lain, kami punya kewajiban melakukan pendampingan. Dengan tugas tersebut, sampai kapanpun kebun raya tidak lepas dari LIPI," ujarnya.
Karena itu, mulai dari perencanaan, pembangunan hingga pemeliharaan, pihaknya mengirim peneliti ke Jembrana untuk melakukan pendampingan.
Selain itu, menurutnya, dengan adanya MoU antara LIPI dan Pemkab Jembrana, pemerintah daerah bersangkutan punya hak untuk mengajukan bantuan dana ke Kementerian Pekerjaan Umun Dan Perumahan Rakyat untuk pembangunan kebun raya.
Khusus untuk Kebun Raya Jagatnatha, ia mengungkapkan, akan menjadi kebub raya yang memiliki ciri khas dan mungkin satu-satunya di dunia dari sisi koleksi tanaman.
"Kebun Raya Jagatnatha mengambil pola tematik, dengan jenis tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan dan kebutuhan upacara adat serta keagamaan masyarakat Bali. Setahu saya, belum ada kebun raya lain yang mengkhususkan dalam hal tersebut," katanya.
Karena melihat Pemkab Jembrana tahun ini sudah mulai mengalokasikan anggaran untuk pembangunan insfrastruktur, ia menyarankan, agar pengumpulan koleksi tanaman juga mulai dilakukan.
Sementara dalam sambutan dibacakan Asisten II Setda Jembrana I Ketut Windra, Bupati I Putu Artha berharap, kebun raya ini bisa menjadi pusat konservasi, penelitian dan pendidikan bagi tanaman pengobatan dan tanaman untuk kebutuhan upacara keagamaan di Bali, khususnya yang sudah langka.(GBI)