Gianyar (Antara Bali) - Bahasa daerah Bali menjadi bagian dari identitas seni budaya Bali, namun pesatnya perkembangan sektor pariwisata menjadikan keberadaan Bahasa daerah Bali cukup memprihatinkan.
"Dengan demikian generasi muda tidak lagi menjadi penutur aktif berbahasa daerah Bali dan cenderung menggunakan bahasa di luar bahasa Bali, seperti bahasa Indonesia bahkan lebih bangga lagi jika fasih menggunakan bahasa asing dalam pergaulan sehari-hari," Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, IGN Wijana, Kamis.
Untuk Pemkab Gianyar dalam menyelamatkan Bahasa daerah Bali sebagai bahasa ibu secara berkesinambungan menggelar lomba sastra Bali. Seperti halnya lomba Satra Bali tingkat SD, SMP dan SMA/SMK serangkaian HUT Kota Gianyar tahun 2016 bertempat di Balai Budaya Gianyar.
"Melalui lomba sastra Bali, generasi muda diharapkan mampu melestarikan dan menjadi penutur aktif berbahasa Bali yang sopan menurut sor singgih basa dan peka untuk mengapresiasi budayanya," ujar IGN Wijana.
Dalam perlombaan yang diikuti peserta perwakilan masing-masing kecamatan itu, dilaksanakan tiga jenis perlombaan yakni lomba mesatua Bali tingkat SD putra putri, lomba Ngrupak atau menulis aksra Bali dalam lontar tingkat SMP putra putri dan pidarta berbahasa Bali tingkat SMK putra putri.
Selanjutnya, hari Jumat (8/4) dilaksanakan lomba Cecimpedan tingkat SD, pidato berbahasa Bali tingkat SMP dan lomba cerpen tingkat SMA.
A.A. Raka Payadnya, salah seorang juri lomba Mesatua Bali mengatakan, pelaksanaan lomba Sastra Bali untuk melestarikan budaya bukanlah hal yang baru, terlebih lagi di Gianyar sudah sering dilakukan.
"Hal itu tentu cukup efektif mengajak generasi muda untuk mencintai budayanya," jelas mantan pemain drama gong di era 1980-an asal Puri Abianbase Gianyar ini.
Sementara Kadek Dwipa Adisaputra, salah satu peserta lomba mesatua Bali perwakilan Kecamatan Ubud asal SD Negeri 8 Mas, mengaku senang mengikuti lomba mesatua Bali.
Meski diakuinya teknologi makin maju dan masuknya berbagai permainan seperti game atau "play station" sangat menggoda anak-anak seusianya, namun bagi Kadek Dwipa yang kini duduk di kelas V SD ini tidak berpengaruh terhadap minatnya mesatua Bali.
"Senang aja kalau dapat pelajaran Bahasa Daerah Bali, jadi bukan karena terpaksa atau paksaan," ujar Kadek Dwipa seraya mengaku dalam pergaulan sehari-hari tetap menggunakan Bahasa Bali baik di rumah maupun di sekolah. (WDY)
Bahasa Daerah Bali Bagian Dari Identitas
Kamis, 7 April 2016 14:05 WIB