Denpasar (Antara Bali) - Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di Bali pada triwulan IV-2015 menunjukkan pertumbuhan harga di pasar primer meskipun sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya.
"Indeks harga properti residensial Provinsi Bali pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar 183,8 atau naik 0,34 persen, lebih rendah dibanding kenaikan indeks pada triwulan sebelumnya sebesar 0,62 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati, di Denpasar, Selasa.
Ia menyebutkan, beberapa faktor yang mendorong kenaikan pertumbuhan harga properti residensial primer pada triwulan IV-2015 adalah kenaikan harga bahan bangunan sebesar 28,85 persen, kenaikan upah pekerja 26,92 persen, kenaikan harga bahan bakar minyak 19,23 persen, dan biaya perizinan yang mahal mencapai 15,38 persen.
Secara tahunan (yoy), pertumbuhan harga properti residensial primer pada triwulan IV-2015 juga mengalami peningkatan sebesar 1,77 persen (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2015 yakni sebesar 2,72 persen (yoy).
Dewi menambahkan, dilihat dari tipe rumah, perlambatan kenaikan harga hampir terjadi pada semua jenis tipe rumah.
Sedangkan peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe menengah yang tumbuh sebesar 2,21 persen (yoy), dan peningkatan terendah terjadi pada rumah tipe besar yang tumbuh sebesar 1,43 persen (yoy).
Secara triwulanan, kenaikan harga terjadi pada tipe rumah menengah dan besar.
Peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe menengah dengan kenaikan sebesar 0,89 persen (qtq).
Sedangkan untuk tipe besar mengalami peningkatan harga sebesar 0,13 persen (qtq) dan tipe kecil tidak mengalami kenaikan harga.
Dewi menjelaskan, hasil survei pada triwulan IV-2015 mengkonfirmasi bahwa dana internal perusahaan dan pembiayaan bank tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial dengan share masing-masing mencapai 39 persen dan 53 persen.
Komposisi pembiayaan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 36 persen (komposisi dana internal) dan 51 persen (komposisi pembiayaan dari bank).
Begitu pula komposisi pembiayaan dari konsumen melalui "downpayment" hanya sebesar empat persen, lebih rendah dari triwulan III-2015 yang tercatat 7,95 persen.
Dia mengatakan, dari sisi konsumen, fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama pembiayaan konsumen untuk semua jenis tipe rumah.
Sedangkan untuk jenis tipe rumah kecil, jumlah konsumen yang menggunakan pembiayaan KPR mencapai 71,33 persen, lebih rendah dari triwulan III-2015 sebesar 79,33 persen.
Pada tipe rumah menengah, komposisi pembiayaan dengan KPR mencapai 70,29 persen, lebih rendah dari triwulan III-2015 yang sebesar 78,67 persen.
Komposisi pembiayaan KPR untuk tipe rumah besar mencapai 64,55 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil survei triwulan III-2015 sebesar 60 persen.
Tunai bertahap menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang dipilih konsumen, khususnya untuk perusahaan-perusahaan properti dengan modal besar yang memberikan fasilitas cicilan secara bertahap kepada konsumen dengan jangka waktu 12 hingga 18 bulan.
Perlambatan perkembangan properti residensial pada periode triwulan IV-2015 juga diperlihatkan oleh perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan.
Perkembangan KPR pada triwulan IV-2015 tercatat Rp 11,59 triliun, atau tumbuh sebesar 6,17 persen (yoy).
Pertumbuhan penyaluran KPR tersebut tumbuh melambat jika dibandingkan dengan triwulan III-2015 yang tumbuh sebesar 7,50 persen (yoy), dan dibandingkan triwulan IV-2014 yang tumbuh sebesar 15,02 persen (yoy).
Perkembangan properti di Provinsi Bali diperkirakan akan mulai membaik pada triwulan I-2016, ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan harga properti residensial yang lebih tinggi yakni sebesar 1,11 persen (qtq).
Peningkatan harga properti residensial tertinggi (secara triwulanan) diperkirakan terjadi pada jenis rumah tipe menengah yang mencapai 1,78 persen (qtq), sedangkan untuk tipe rumah kecil dan besar masing-masing meningkat sebesar 0,72 persen (qtq) dan 0,83 persen (qtq).
Peningkatan juga ditunjukkan oleh pertumbuhan tahunan harga properti residensial yang juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-2016 diperkirakan sebesar 2,63 persen (yoy), tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan IV-2015 yang sebesar 1,77 persen (yoy), ujar Dewi Setyowati pula. (WDY)