Denpasar (Antara Bali) - Sumbangan sektor bangunan terhadap perekonomian Bali melambat dari 18,67 persen menjadi hanya 6,20 persen tahun 2013 (yoy), dimana proyek pembangunan diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2012.
"Melambatnya sektor bangunan terhadap perekonomian Bali dialami sejak triwulan III-2013," kata Manager Peneliti Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali dan Nusa Tenggara, Ignatius Adhi Nugroho di Denpasar Sabtu.
Dalam laporan Kajian Ekonomi Regional Bali triwulan IV-2013, Ia menyebutkan, perlambatan yang terjadi di sektor bangunan sejalan dengan berakhirnya proyek pembangunan infrastruktur berskala besar pada pertengahan tahun 2013.
Proyek pembangunan fisik itu digenjot dalam rangka realisasi MP3EI dan penyelenggaraan APEC Oktober 2013, di samping peningkatan harga properti menyebabkan kinerja sektor bangunan terus mengalami penurunan, ujar Ignatius Adhi Nugroho.
Ia menyebutkan, kontraksi yang dialami sektor bangunan pada triwulan IV-2013 sejalan dengan perlambatan beberapa indikator, seperti digambarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan Bank Indonesia.
Hasil penelitian itu menunjukkan perlambatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dari 15,39 persen menjadi 10,97 persen (yoy). Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan terhadap properti residensial di Bali cenderung mengalami penurunan.
Makin terbatasnya lahan di Bali, khususnya Denpasar, serta membumbungnya harga tanah mendorong perlambatan pertumbuhan tersebut. Selain itu, adanya penerapan kebijakan properti berupa kebijakan Loan To Value (LTV), Financing To Value (FTV).
Berdasarkan Quick Survey yang dilakukan Bank Indonesia, 50 persen developer menyatakan bahwa kebijakan LTV/FTV yang diberlakukan sejak Oktober 2013 berdampak pada penurunan permintaan rumah di Bali, khususnya Kota Denpasar.
Namun demikian berdasarkan survei SHPR, pertumbuhan properti residensial berskala kecil masih menunjukkan peningkatan seiring dengan peralihan dari properti skala menengah dan besar ke kecil dikarenakan terbatasnya lahan dan membumbungnya harga lahan.
Selain berdasarkan survei tersebut, indikator lain berupa konsumsi semen juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan di triwulan IV-2013. Setelah tumbuh positif sebesar 28,12 persen (yoy) pada Triwulan III-2013.
Ignatius Adhi Nugroho menyebutkan, pertumbuhan konsumsi semen Bali pada Triwulan IV-2013 mengalami kontraksi sebesar 21,88 persen (yoy), dengan total konsumsi sebesar 358.000 ton. Penyaluran kredit bank umum ke sektor bangunan pun mengalami perlambatan.
Pinjaman perbankan yang direalisasikan untuk sektor ini berkurang signifikan dari 106,50 persen menjadi sebesar 45,70 persen, ujar Ignatius Adhi Nugroho. (WDY)