Denpasar (Antara Bali) - Konsumsi semen di Bali melorot hingga 21,8 persen pada periode triwulan IV-2013 turun dari 434.160 ton menjadi 358.000 ton.
Berkurangnya penggunaan semen oleh masyarakat di Bali merupakan salah satu indikator kontraksi yang dialami sektor bangunan pada triwulan IV-2013 di daerah ini, kata Manajer Peneliti pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali dan Nusa Tenggara, Ignatius Adhi Nugroho di Denpasar Selasa.
Berkurang penggunaan Semen di daerah ini juga berkat pelaksanaan pembangunan fisik berskala besar sudah rampung, seperti pembangunan jalan tol, perbaikan Bandara Ngurah Rai, dan Pertemuan Pemimpin Negara Dunia (APEC) bulan Oktober 2013 di Nusa Dua Bali.
Ia mengatakan, dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan perlambatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dari 15,39 persen menjadi 10,97 persen (yoy).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan terhadap properti residensial di Bali cenderung mengalami penurunan.
Berkurangnya permintaan properti residensial yang berskala menengah dan besar, juga berpengaruh terhadap permintaan akan semen di daerah ini, sekaligus merupakan salah satu penyebab sumbangan sektor bangunan terhadap perekonomian Bali melambat dari 18,67 persen menjadi hanya 6,20 persen tahun 2013 (yoy).
Dalam laporan Kajian Ekonomi Regional Bali triwulan IV-2013, dia menyebutkan, perlambatan yang terjadi di sektor bangunan sejalan dengan berakhirnya proyek pembangunan infrastruktur berskala besar pada pertengahan tahun 2013.
Berdasarkan Quick Survei yang dilakukan Bank Indonesia, 50 persen developer menyatakan bahwa kebijakan LTV/FTV yang diberlakukan sejak Oktober 2013 berdampak pada penurunan permintaan rumah di Bali, khususnya Kota Denpasar.
Namun demikian berdasarkan survei SHPR, pertumbuhan properti residensial berskala kecil masih menunjukkan peningkatan seiring dengan peralihan dari properti skala menengah dan besar ke kecil dikarenakan terbatasnya lahan dan membumbungnya harga lahan.
Melambatnya sektor bangunan berpengaruh juga terhadap realisasi pinjaman perbankan untuk sektor ini berkurang signifikan dari 106,50 persen menjadi sebesar 45,70 persen, ujar Ignatius Adhi Nugroho. (WDY)