Jakarta (Antara Bali) - Survei Bank Indonesia menunjukkan harga properti
residensial (HPR) pada triwulan II-2014 yang tercermin dari indeks HPR
yang tumbuh 1,69 persen (qtq) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya 1,45 persen (qtq).
"Sementara itu, secara tahunan, kenaikan harga properti residensial
mengalami perlambatan dari triwulan I-2014 yaitu dari 7,92 persen (yoy)
menjadi 7,4 persen (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik
BI Hendy Sulistiowati, di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan data BI, peningkatan harga secara triwulanan terjadi
pada semua tipe rumah, terutama pada rumah tipe kecil yang tumbuh 2,09
persen (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
1,9 persen (qtq).
Menurut regional, lanjut Hendy, kenaikan harga properti residensial
secara triwulanan terjadi hampir di semua kota cakupan survei terutama
di Manado dan Makasar.
"Kenaikan harga di Manado dan Makasar terutama terjadi pada rumah
tipe besar sejalan dengan tumbuhnya perekonomian di kedua wilayah
sebagai pintu gerbang pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia,"
ujar Hendy.
Volume penjualan properti residensial sendiri tumbuh sebesar 36,56
persen (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 15,33 persen (qtq)
seiring dengan meningkatnya kebutuhan hunian.
Hendy mengatakan, kenaikan harga properti diperkirakan akan
berlanjut pada triwulan III-2014 0,89 persen (qtq), namun melambat
dibandingkan triwulan II-2014 1,69 persen, dengan kenaikan tertinggi di
Bandar Lampung (5,97 persen qtq) dan Batam (4,77 persen qtq).
"Sebagian besar konsumen (73,69 persen) masih memilih KPR sebagai
fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian rumah, terutama pada
rumah tipe kecil. Tingkat bunga KPR yang diberikan oleh perbankan
khususnya kelompok bank persero berkisar 9-12 persen," kata Hendy.(WDY)
Survei BI: Harga Properti Residensial Meningkat
Rabu, 13 Agustus 2014 16:20 WIB