Denpasar (Antara Bali) - Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Bali pada bulan Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 7,71 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Harga gabah di tingkat penggilingan juga menurun 7,64 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho MM, di Denpasar, Minggu.
Namun menurutnya, meskipun harga gabah di Bali mengalami penurunan, kondisi itu masih jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
Hasil pencatatan harga gabah yang dilakukan pada tujuh kabupaten di Bali yang meliputi Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng menunjukkan harga gabah di tingkat petani turun dari Rp4.768,84 per kilogram pada bulan Februari menjadi Rp4.401,26 per kg.
Sedangkan rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan juga merosot dari Rp4.837,17/kg pada bulan Februari 2016, kini menjadi Rp4.467,46 per kg.
Adi Nugroho menambahkan, transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp4.885,71 per kg untuk varietas Ciherang.
Sedangkan harga terendah terjadi di Kabupaten Gianyar Rp4.060/kg untuk varietas yang sama.
Adi menyebutkan, produksi padi di Bali berdasarkan angka sementara tahun 2015 mencapai 853.710 ton gabah kering giling (GKG), turun 0,49 persen atau sekitar 4.234 ton dibandingkan tahun 2014.
Berkurang produksi padi tersebut hanya terjadi pada subround I-2015 yakni periode Januari-April sebesar 59.696 ton GKG (20,09 persen).
Sebaliknya produksi padi pada subround II-2015 yakni periode Mei-Agustus justru mengalami kenaikan sebesar 44.523 ton GKG (17,24 persen).
Demikian juga pada subround III-2015 yakni periode September- Desember terjadi kenaikan sebesar 10.939 ton GKG (3,62 persen).
Penurunan produksi padi yang relatif tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan yang selama ini menjadi "gudang beras" Bali yaitu mencapai 20.082 ton GKG (9,38 persen).
Menurun produksi padi di Bali selama tahun 2015 secara umum akibat berkurang luas panen yang mencapai 5.312 hektare (3,72 persen) yang terjadi di lima wilayah, yakni Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng.
Pengurangan luas panen paling tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan yang mencapai 4.518 hektare (12,25 hektare), ujar Adi Nugroho lagi. (WDY)