Denpasar (Antaranews Bali) - Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Bali sebesar Rp4.455,31 per kilogram pada Maret 2018, menurun Rp387,87 atau 8,1 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp4.843,18 per kilogram.
"Demikian pula harga gabah kering panen di tingkat penggilingan merosot Rp397,17 atau 8,08 persen dari Rp4.914,49 persen menjadi Rp4.517,32 per kilogram," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, meskipun harga gabah di tingkat petani dan penggilingan tersebut merosot, namun harganya masih jauh lebih tinggi dari harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku untuk tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan tersebut merupakan hasil pemantauan harga gabah yang dilakukan di tujuh kabupaten di Bali meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija bersama tiga subsektor lainnya yakni hortikultura, tanaman perkebunan rakyat dan sektor perikanan mengalami penurunan dari lima subsektor yang menentukan pembentukan nilai tukar petani (NTP) yang mampu menunjukkan tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan.
Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang sangat diperlukan petani dalam memenuhi konsumsi rumah tangga. Satu-satunya sub sektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil dan hasil ternak yang mengalami kenaikan 1,08 persen dari 111,82 persen menjadi 113,02 persen.
NTP subsektor tanaman pangan pada bulan Maret 2018 sebesar 99,24 persen pada bulan Maret 2018, menurun 1,69 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 100,94 persen. Indeks harga yang diterima petani (lt) subsektor tanaman pangan menurun 0,87 persen akibat merosotnya harga pada kelompok padi 1,13 persen dan palawija 0,22 persen.
Komoditas yang memicu turunnya indeks yang diterima petani yakni merosotnya harga gabah, jagung dan ubi jalar, ujar Adi Nugroho.
Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam kesempatan terpisah mengatakan, pihaknya tahun 2018 menargetkan sekitar 30 ribu hektare sawah bisa mendapatkan subsidi asuransi usaha tani padi dari Kementerian Pertanian.
Hal itu diharapkan meningkat, karena tahun sebelumnya (2017) hanya menjangkau 17.000 hektare. Asuransi itu dinilai sangat penting, karena risiko kegagalan panen ke depannya cukup tinggi akibat musim kemarau berkepanjangan, serangan hama penyakit, maupun banjir.
Demikian pula persaingan pemanfaatan air antara sektor pertanian dan sektor domestik, juga semakin ketat, ujar Wisnuardhana. (WDY)