Denpasar (Antara Bali) - Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia (PPSI) menyelenggarakan diskusi dan pameran seni di Gedung Citta Kelangen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengusung tema "Lukisan Palsu dan Bias Sejarah Seni Rupa Indonesia".
Diskusi dan pameran tersebut berlangsung Sabtu, berangkat dari upaya investigasi para pakar seni rupa yang kemudian dituangkan menjadi buku berjudul "Jejak Lukisan Palsu di Indonesia" (2014).
Para penulisnya antara lain Agus Dermawan T., Prof. Dr. Agus Sardjono SH, MH, Aminudin TH Siregar, Amir Sidharta, Asiong, Bambang Bujono, Mikke Susanto, Rusharyanto, SH, Syakieb Sungkar, Wicaksono Adi.
Sebagai editor buku yang diterbitkan oleh PPSI ini adalah Bambang Bujono. Kegiatan yang melibatkan seniman, budayawan dan pengamat seni itu merupakan media sosialisasi dan edukasi, khususnya perihal keberadaan lukisan palsu yang belakangan mengemuka dalam dunia seni rupa Indonesia.
Tampil sebagai pembicara dalam diskusi tersebut kurator seni, Hendro Wiyanto dan kritikus Aminudin TH Siregar yang dipandu Adi Wicaksono, salah seorang penulis buku tersebut.
Sedangkan pameran menampilkan sembilan lukisan repro karya maestro yakni Hendra Gunawan dan S. Sudjojono. Pameran tersebut sekaligus sebagai acuan publik untuk dapat mengamati secara langsung tentang fenomena lukisan palsu berikut modusnya.
Terbitnya buku 'Hendra Gunawan Sang Pelukis Rakyat' dua tahun lalu memancing polemik dan ulasan di berbagai media, terutama mengenai adanya dugaan sekitar 200 reproduksi lukisan Hendra yang terangkum dalam buku tersebut bukan merupakan karya yang otentik atau lukisan palsu.
Lukisan-lukisan dalam buku tersebut memiliki kemiripan dengan koleksi sejumlah kolektor.
Jusuf Wanandi, salah satu kolektor Hendra Gunawan, menyatakan keprihatinannya bahwa para pedagang lukisan palsu begitu mudahnya menjalankan aksi dan berhasil menipu sejumlah pencinta lukisan.
Fenomena lukisan palsu memang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Eropa dan Amerika. Perdagangan lukisan palsu juga berjalan seiring dinamika kreativitas seni rupa global.
Pemalsuan lukisan di Indonesia belakangan kian mewabah terutama karya para maestro dan pelukis-pelukis tersohor. Selain itu, penjualan lukisan palsu juga melalui berbagai modus dan sindikasi semisal dengan terbitnya buku-buku yang memuat karya-karya masterpiece palsu dari pelukis-pelukis terkemuka Indonesia, tidak hanya Hendra Gunawan, Affandi, S. Sudjojono, namun juga seniman-seniman yang lebih belakangan semisal Nyoman Gunarsa.
Pengamat seni rupa, Hendro Wiyanto dan Aminudin TH Siregar berbagi investigasinya menyangkut lukisan-lukisan palsu di Indonesia dan juga mengkritisi buku-buku seni rupa yang terbukti diterbitkan dengan tujuan promosi lukisan palsu.
Kedua pakar tersebut sepakat bahwa kecurangan semacam ini harus dilawan karena akan menimbulkan bias sejarah seni rupa Indonesia. (WDY)