Bangli (Antara Bali) - Warga masyarakat Desa Abang Batudinding, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, minta bantuan bibit kopi kepada pemerintah setempat untuk menghijaukan lahan kritis di wilayah tersebut.
"Lahan seluas 195 hektare di sini kondisinya kritis dan cocok untuk pengembangan tanaman kopi," kata Perbekel Abang Batudinding I Wayan Muliana, Rabu.
Karena itu, Muliana memohon kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perkebunan Bangli untuk memberikan bantuan bibit kopi.
Menurut dia, lahan di dataran tinggi itu kondisinya kritis, sehingga sangat cocok untuk mengembangkan tanaman bernilai ekonomis tinggi, sekaligus mengembalikan kesuburan tanah.
"Oleh karena itu warga setempat mendambakan bantuan dari Pemkab Bangli untuk pengadaan benih kopi," ujar Wayan Muliana.
Saat ini, menurut Muliana, pihaknya membutuhkan bibit untuk menghijaukan lahan itu sebanyak 195.000 pohon kopi.
Jenis bibit kopi yang dapat berkembang dan tumbuh subur adalah jenis kopi s.795.
"Daya dukung alam terhadap tanaman kopi diakui sangat baik, setelah melihat realita, tumbuh baiknya tanaman kopi di sekitar lokasi tersebut," kata Wayan Muliana.
Selain masalah lahan kering, sekarang ini, aku Muliana warga Abang Batudinding juga menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-harii
Ia mengatakan, warga masyarakat setempat menggunakan cubang (bak penampung air hujan) untuk dapat memenuhi air bersih kebutuhan sehari-harinya.
"Bagi mereka yang punya uang, masih mampu membeli air dalam truk tangki yang harganya mencapai Rp200.000/truk," ujarnya.
Saat ini, kata dia untuk memenuhi kebutuhan air, warganya baru mempunyai 300 cubang untuk seluruh warga desa bersangkutan.
"Dari jumlah itu, kami masih kekurangan 95 cubang, karena kebutuhan cubang secara ideal mencapai 395 buah," katanya.
Selain masalah air, jelas Muliana, pihaknya juga menghadapi persoalan rumah tangga miskin (RTM).
Dikatakan, jumlah RTM mencapai 223 kepala keluarga (KK), selama ini belum menerima bantuan bedah rumah.
Muliana yang akrab dipanggil Jero Muli mengaku, cemburu ketika desa tetangga menerima bantuan bedah rumah bagi masyarakat miskin.
"Padahal bila dilihat dari ketidaklayakan huni rumah penduduk, justru rumah penduduk di desanya yang patut mendapat prioritas bantuan bedah rumah," jelasnya.(*)