Denpasar (Antara Bali) - Personel dari pusat preservasi dan riset curik bali dari Kebun Binatang Yokohama Jepang akan mengikuti pelatihan konservasi curik bali di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Kabupaten Jembrana, 25 hinga 27 November 2010.
"Bali Safari akan mengirim tiga orang dalam pelatihan itu, yakni Kadek Kesuma (dokter hewan senior), Kadek Darminta (penjaga curik bali) dan Marsenia Haris dari bagian edukasi," kata Manager Edukasi & Konservasi Bali Safari & Marine Park Wendy Husband dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Denpasar, Selasa.
Selain itu, Tony Sumampau selaku Ketua APCB akan menghadiri pelatihan tersebut bersama dengan empat pakar lain dari Taman Safari Indonesia Bogor.
Menurut dia, Taman Safari Indonesia berada di depan dalam konservasi dan preservasi spesies ini, bekerja sama dengan Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) dan Yokohama Zoo, Jepang.
Ia mengaku senang dengan diadakannya pelatihan serta keterlibatan Bali Safari dalam kegiatan untuk konservasi curik bali tersebut.
"Di pertemuan ini kami akan membuat sebuah perubahan dan berkontribusi terhadap kelangsungan hidup burung asli Bali ini di masa mendatang," katanya.
Menurut dia, Bali Safari sendiri sebagai bagian dari Taman Safari Indonesia selama tiga tahun terakhir merupakan anggota aktif APCB serta memiliki komitmen untuk bekerja sama dengan kelompok-kelompok lain di Bali untuk meningkatkan populasi liar burung ini.
"Hingga tahun ini, lebih dari sepuluh telur curik bali telah berhasil ditetaskan di Bali Safari & Marine Park," katanya.
Sementara "Marketing Communication" Bali Safari & Marine Park Astrid W Iswulandari menambahkan bahwa data terakhir dari APCB menunjukkan, saat ini populasi curik bali telah menurun menjadi 800-900 ekor.
"Sedangkan populasi di alam liar saat ini diperkirakan hanya sekitar 30 hingga 60 ekor dan telah keberadaannya hanya dipertahankan oleh burung hasil perkembangbiakan di dalam penangkaran," katanya.
Kini, katanya, kebun binatang di seluruh dunia bekerja sama untuk mempertahankan spesies ini dalam usaha yang disebut dengan "Species Survival Plan" (SSP). (*)