Kegiatan "Denpasar Festival" (Denfest) sebagai ajang untuk melestarikan seni budaya serta berinovasi untuk kemajuan perekonomian di Kota Denpasar sekaligus ikon pementasan kebudayaan dan pameran di pengujung tahun 2015 di Pulau Bali.
Kegiatan tahunan ini sangat ditunggu masyarakat maupun para peserta pameran yang menampilkan inovasi serta kreativitas masyarakat perkotaan. Denpasar Festival yang merupakan "event" tahunan dijadikan sebagai ajang untuk memamerkan serta ajang promosi produk baru dan unggulan.
Sekretaris Panitia Denpasar Festival Ke-8 Made Saryawan mengatakan aktivitas tahunan kali ini dipusatkan di kawasan patung Catur Muka yang merupakan titik sentral Kota Denpasar.
Saryawan menjelaskan bahwa kegiatan seni budaya dan pameran tersebut telah memasuki kedelapan kali yang diselenggarakan selama empat hari hingga Kamis (31/12).
Ia mengatakan bahwa Denpasar Festival berawal dari sebuah kegiatan tutup tahun yang dicanangkan oleh Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Wali Kota Denpasar 2008-2015) melalui "Gajah Mada Town" Festival pada tahun 2008.
Acara yang diagendakan sebagai festival tahunan itu kemudian bertransformasi menjadi Denfest sejak 2009, dan hingga kini menjadi ikon pementasan kebudayaan dan pameran serta kuliner di Kota Denpasar.
Dengan demikian, Denfest tersebut hingga kini sudah berlangsung untuk yang kedelapan kalinya mengusung tema "Demi Denpasar".
Denfest sebagai kegiatan puncak akhir tahun di Denpasar menjadi sebuah strategi pemanggungan dan pengembangan pilar-pilar industri kreatif di Bali telah terbukti memberikan manfaat yang relatif sangat besar bagi masyarakat.
Denfest melahirkan bentuk-bentuk karya kreatif dan inovatif yang memiliki kualitas tinggi dengan menjadi modal utama pengembangan ekonomi kreatif di Kota Denpasar.
"Tidak saja menjadikan kreativitas hidup dan berkembang dengan jiwa baru, tetapi juga memberikan kesejahteraan materi dan spiritual masyarakat," ujar Saryawan.
Ia menjelaskan bahwa Denfest yang mengusung tema "Demi Denpasar" merupakan momentum yang tepat bagi segenap insan dan pemangku kepentingan di Denpasar guna melanjutkan melangkah menapaki koridor masa depan.
"Demi Denpasar" mencerminkan era penuh sumbangsih untuk kepentingan Denpasar dan peran timbal balik antara masyarakat dan pemerintah yang berkelanjutan demi kecemerlangan dan kesejahteraan Denpasar yang multidimensi, tidak terbatas pada indeks pendapatan domestik regional bruto (PDRB) per kapita. Namun, juga termasuk indeks kebahagiaan dan indeks keberlanjutan.
Untuk menghilangkan kesan monoton, Denfest setiap tahunnya selalu menampilkan ragam seni budaya, ragam kuliner, ragam tekstil, florikultura, dan keragaman produk kerajinan tangan hasil kerya seniman Kota Denpasar, serta ragam kreativitas komunitas dan ragam potensi unggulan masyarakat.
Selama empat hari Denfest digelar menampilkan berbagai kegiatan yang bisa dinikmat oleh masyarakat mulai dari tarian kolosal, peluncuran "game online", peragaan busana, penobatan duta endek, bursa tanaman hias, pameran fotografi kerja sama Photografi Community (DPC) hingga berbagai hiburan dimulai dari seni tradisional hingga moderen.
Parade Topeng
Salah satu kesenian yang ditampilkan dalam kegiatan pesta rakyat itu Parade Topeng. Karena filosofi topeng sebuah simbol keberadaban manusia di dunia ini, dan menjadi simbol pada kesenian untuk para tokoh yang dianggap mumpuni setiap adegan cerita. Dan di samping jenis dipentaskan kesenian tradisional Bali lainnya.
Menurut Sekretaris Denfest Ke-8 Made Saryawan, "Parade Topeng Taksu di Balik Topeng Tetantrian" telah ditampilkan pada saat pembukaan. Sambutan masyarakat pun sangat antusias dengan menyaksikan pagelaran tersebut.
Adalah pawai ikon teatrikal dari inagurasi Denfest yang melanjutkan tradisi dan spirit "Tapak Dara Maha Somya" sebagai representasi pusaran mandala kreativitas Denpasar yang menyelaraskan keagungan masa lalu dengan semangat masa sekarang serta cita-cita masa depan.
Sebagai sebuah identitas Kota Denpasar yang mengedepankan keseimbangan dan keharmonisan alam makro dan mikro, parade topeng ini adalah wujud penciptaan, persembahan dan penikmatan keindahan sebagai unsur kebahagiaan puncak dan murni.
Denfest kali ini juga menampilkan hal yang berbeda untuk tempat makanan yang dijual oleh para pedagang kuliner.
Saryawan yang juga Kabag Perekonomian Pemkot Denpasar itu menambahkan bahwa penataan kuliner dibuat lebih profesional dan mudah untuk dibersihkan.
"Pedagang kami sarankan untuk menggunakan tempat dari bahan kertas, sebagaimana yang dilakukan pada saat Sanur Village Festival," katanya.
Namun, penggunaan kertas ini mendapat keluhan dari salah seorang calon pedagang. Mereka mengaku harus mengeluarkan dana yang lebih besar karena harus membeli kertas. Padahal, dirinya sudah terbiasa menggunakan ingke (tempat dari ate) dan daun .
"Kenapa harus menggunakan kertas? Padahal, untuk ingke yang dipadukan dengan daun kan lebih ramah lingkungan," kata salah seorang calon pedagang.
Ketika merespons keluhan itu, Saryawan mengatakan bahwa pihaknya tidak mengharuskan. Namun, berdasarkan kajian yang ada, penggunaan kertas lebih praktis. Misalnya saja, ketika membeli menikmati hidangan di tempat yang jauh dengan pedagang, pedagang tidak lagi repot untuk mengambil tempat makanan (ingke) lagi sesudah pembeli selesai makan.
Terkait dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang, Saryawan mengatakan bahwa pedagang tidak dikenai biaya untuk tempat dan fasilitas lainnya, karena semuanya panitia yang telah menyiapkan. Pedagang tidak perlu bayar untuk tempat.
"Jadi, seharusnya tidak ada alasan pedagang menaikkan harga pada saat Denfest," katanya.
Bukan hanya itu yang berbeda pada Denfest kali ini, panitia juga akan mengakomodasi seni modern dengan menggelar Festival Music Jazz.
"Pada Denfest kali ini, kami akan menggelar Festival Jazz bekerja sama dengan Balawan untuk mengakomodasi penggemar musik jazz di Denpasar," kata Saryawan.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Denpasar Anak Agung Geriya mengharapkan ke depan kegiatan "Denpasar Festival" tidak monoton dari segi penyajian kesenian maupun pameran, dan harus lebih kreatif dan inovatif.
Ia mengatakan bahwa langkah untuk menggali kesenian dan budaya lebih kreatif dan inovatif di Denpasar perlu suatu terobosan karena Denpasar adalah kota heterogen.
"Kreatif dan inovatif tersebut tentu tidak menghilangkan kesan kebudayaan yang telah menjadi ikon Kota Denpasar," ujarnya.
Agung Geriya mengatakan saat ini kesenian yang ditampilkan pada Denfest sudah terus ada kemajuan yang cukup signifikan setiap tahunnya, termasuk beragam kesenian sudah ditampilkan dalam ajang tahun tersebut.
Meski demikian, kata dia, gagasan dalam berkesenian di Kota Denpasar akan terus mengalir, seperti peserta pameran foto yang diawali dengan lomba foto yang diselenggarakan Humas dan Protokol Kota Denpasar bekerja sama dengan "Denpasar Photografer Community".
"Suatu bukti bahwa minat para fotografer untuk menampilkan karyanya makin banyak. Peserta lomba yang mencapai 416 karya foto itu luar biasa. Artinya, untuk meyeleksi bisa ditampilkan pada pameran itu cukup selektif," ucapnya.
Pameran Fotografi
Ratusan karya foto dipamerkan dalam ajang Denfest Ke-8 di kawasan patung Catur Muka yang digelar selama empat hari hingga Kamis (31/12).
Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Denpasar Ida Bagus Rahoela mengatakan bahwa peserta pameran foto adalah hasil seleksi dari lomba foto yang diselenggarakan oleh Denpasar Photographer Community (DPC)
"Peserta yang mengikuti lomba foto tersebut berasal dari Bandung, Jakarta, Jawa Timur, dan tuan rumah Bali (Denpasar), sebanyak 416 lembar foto," kata Rahoela didampingi Ketua DPC Wayan Purbawa.
Dari jumlah tersebut, kata dia, kemudian diseleksi oleh juri profesional sehingga foto yang dipajang dalam arena pameran tersebut adalah karya-karya terbaik, selain yang mendapatkan juara dan 10 besar juara harapan.
"Dalam pameran foto ini juga memajang karya dari seorang profesi dokter spesialis dalam yang punya hobi memotret, yakni Prof. Dr. Wayan Wita. Selain itu, juga karya Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra," ucapnya.
Menurut dia, pameran ini memberikan ruang khazanah kepada masyarakat yang mengambil tema "Heterogenitas Denpasar". Jadi, segala iruk-pikuk aktivitas masyarakat menjadi sebuah objek untuk karya foto.
"Pameran tersebut berbagai foto menjadi objek bidikan bagi fotografer untuk memenuhi kreteria layak dipemerkan sehingga memberi gambaran dari heterogitas masyarakat perkotaan tersebut," katanya.
Ketua DPC Wayan Purbawa mengatakan bahwa pihaknya sebelum pameran telah menyeleksi foto yang akan dipajang kali ini melalui penjurian dari tim juri foto.
"Semua yang kami pamerkan adalah foto-foto yang telah lolos seleksi sehingga mampu memenuhi dari tema kali ini. Ke depan, kami akan mengadakan lomba dan pameran sehingga bakat-bakat generasi muda tersalurkan dalam sebuah karya foto," katanya. (WDY)
"Denpasar Festival" Ikon Pengujung Tahun Di Bali
Rabu, 30 Desember 2015 14:03 WIB