Denpasar (Antara) - Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali menunjukkan pertumbuhan positif terutama dalam membiayai perekonomian di daerah pedesaan yang belum tersentuh oleh bank umum.
"Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan kredit BPR periode triwulan II 2015 mencapai 18,77 persen (yoy), dari triwulan sebelumnya 17,11 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati di Denpasar Selasa.
Pinjaman yang diberikan usaha BPR di daerah ini secara kumulatif mencapai Rp7,74 triliun atau jauh lebih besar dari jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dalam periode yang sama hanya mencapai Rp6,24 triliun.
Ia mengatakan, kredit BPR yang tersalurkan dalam membiayai pembangunan ekonomi di daerah pedesaan itu, dipusatkan pada modal kerja dengan porsi penyaluran mencapai 51 persen diikuti kredit investasi 12 persen.
Sedangkan pinjaman konsumsi mencapai 37 persen. Besar porsi pinjaman kepada sektor produktif menunjukkan bahwa BPR berusaha menjaga kualitas kreditnya melalui kinerja usaha debiturnya dalam memajukan usahanya.
Peran BPR tersebut, menurut dia, mengindikasikan bahwa bank yang bertebaran di daerah sangat berperan dalam pembiayaan ekonomi di daerah pedesaan yang belum tersentuh oleh bank umum yang ada.
Sektor ekonomi yang menerima pinjaman terbesar dari BPR di Bali adalah sektor perdagangan dan kelompok konsumsi lainnya, penyediaan akomodasi dan makanan, dan sektor lainnya yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah ini.
Porsi pemberian pinjaman tersebut oleh usaha perbankan tentu untuk menyesuaikan usahanya dengan kondisi dan karakteristik ekonomi daerah Bali yang sektor ekonominya bertumpu pada sektor pariwisata dan kerajinan.
Tingginya pertumbuhan kredit BPR di Bali mampu meningkatkan LDR dari 80,11 persen pada triwulan I menjadi 81,67 persen pada triwulan II 2015, dan kondisi itu pula mampu meningkatkan kualitas kredit.
Hal itu tercermin dari rasio jumlah pinjaman yang dikatagorikan sebagai kredit bermasalah (NPL) persentasenya berkurang dari sekitar 3,31 persen dari kredit yang ada menjadi hanya 3,10 persen triwulan II-2015. (WDY)