Jalan beraspal itu tidak begitu mulus, lebarnya sempit, hanya pas untuk satu kendaraan roda empat. Sepanjang tepi jalan mengikuti selokan tertata apik, meskipun tidak sebaik proyek trotoar di perkotaan.
Air irigasi pertanian tradisional (subak) itu tampak jernih, mengalir lancar menyebar menggenangi sawah dan kolam ikan yang terbentang di hilir Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, 25 km barat laut Denpasar.
Jaringan jalan sempit yang membelah subak Mole dan subak Sengawang itu memiliki hamparan sawah sekitar 75 hektare sepanjang hampir dua kilometer hasil pelebaran jalan setapak yang dilakukan secara gotong royong oleh anggota subak setempat.
Hasil pelebaran itu mampu memberikan kemudahan bagi petani setempat dalam mengangkut gabah, maupun hasil sayur mayur dan jenis palawija lainnya.
Kedua subak tersebut merupakan bagian dari ratusan subak yang mengalami panen raya dalam bulan Maret-April 2014, tutur Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardana.
Sawah di Kabupaten Tabanan, daerah gudang beras di Bali mengalami panen raya sekitar 3.000 hektare, di samping subak-subak pada tujuh kabupaten dan satu kota lainnya di daerah ini, dengan produksi kisaran rata-rata enam ton per hektare.
Panen raya itu mampu memproduksi sekitar 40.000 ton gabah kering giling selama Maret- April 2014. Harga gabah kering panen (GKP) hasil produksi petani di Bali dihargai antara Rp3.900 - Rp4.300 per kg, harga yang bertahan sejak tiga tahun silam, pada hal harga keperluan lainnya di pasaran sudah meroket.
Harga gabah yang diterima petani saat panen seharga Rp4.000 per kg dinilai cukup bagus, karena biasanya petani begitu panen harga merosot, tetapi sekarang bertahan.
Made Doble, seorang petani sawah di Kecamatam Mengwi, Kabupaten Badung menuturkan harga gabah hasil produksi petani dengan kualitas yang ada di sawah tersebut, jauh di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang ditetapkan Maret 2012 seharga Rp3.300 per kg. Jadi sejak dua tahun lalu harga gabah yang ditetapkan pemerintah tetap bertahan.
Padahal harga keperluan masyarakat selain beras mengalami kenaikan yang tinggi, apalagi setelah adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun 2013, maka dengan harga gabah yang dinikmati petani saat ini kecil, tutur Made Doble yang menggarap lahan seluas 80 are.
Pihaknya tahun 2012 mampu menjual gabah dengan kualitas yang sama yakni gabah kering panen seharga Rp4.000/kg, harga tersebut waktu itu sudah rugi jika dibandingkan harga barang produksi pabrik.
Harga yang dinikmati petani kini sudah di atas pembelian pemerintah yakni Rp3.300 per kg gabah kering panen. Pemerintah sendiri tampaknya kurang berpihak kepada petani, terbukti belum pernah menaikkan harga hasil produksi petani sejak 2012.
Di atas HPP
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Bali, Gede Rempiana menambahkan, harga gabah petani Bali kini di rata-rata di atas harga patokan pemerintah, yakni antara Rp4.100-Rp4.300 per kg di daerah penghasil beras yakni Tabanan.
Petani saat panen mengalami kekurangan tenaga kerja untuk memanen, sehingga banyak buruh yang datang dari luar daerah, terutama dari Banyuwangi, Jawa Timur termasuk pengusaha penggilingan daerah itu yang membeli gabah petani Bali.
Harga gabah hasil panenan petani Bali sudah berada di atas harga patokan pemerintah, sehingga Bulog tidak harus turun tangan membeli produksi masyarakat, kecuali harga hasil salah satu bahan pangan itu rendah barulah pemerintah turun tangan.
Hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyebutkan harga gabah hasil tebasan petani melorot pada Februari 2014 sekitar 2,36 persen menjadi harga rata-rata Rp4.009 per kg dan selama Maret berkurang lagi menjadi hanya Rp3.997 per kg.
Melorotnya harga hasil produksi pertanian pangan itu akibat berakhirnya musim penghujan sehingga petani sudah ramai panen padi di sawah, pasokan semakin banyak, sehingga pedagang mulai mempermainkan harga beli di tingkat petani.
Bahkan ada petani yang hanya mampu menjual gabahnya saat masih di sawah seharga Rp3.260 per kg hanya sesuai harga patokan pemerintah dan ini merupakan yang terendah terjadi di Kabupaten Badung. Sedangkan harga tertingg di Tabanan Rp4.300 per kg.
Keberhasilan meningkatkan kesejahteraan petani, dengan mempertahankan harga yang wajar, berkat pemerintah Provinsi Bali sejak 2003 membentuk lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP) yang bertugas sebagai pelaksana pembelian hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
Keberadaan LUEP dibentuk dengan surat keputusan Gubernur Bali, jika terbukti melakukan pembelian gabah murah di bawah HPP izinnya bisa dibekukan, sekaligus tidak lagi mendapat penguatan modal.
Hal itu pernah dilakukan tiga LUEP di Kabupaten Tabanan yang terbukti melakukan pembelian gabah petani dengan harga murah sehingga izinkan dibekukan. Dengan demikian di daerah gudang beras Bali itu kini hanya ada 56 unit LUEP dari sebelumnya 59 unit.
Di Bali secara keseluruhan telah terbentuk 113 unit LUEP mendapat kucuran dana bergulir bunga murah dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali, sebagai upaya menjaga kestabilan harga gabah.
Siapkan Rp28,2 miliar
Ida Bagus Wisnuardana menambahkan pihaknya menyediakan dana untuk mengamankan harga produksi gabah petani sebesar Rp28,2 miliar yang disalurkan lewat lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP).
Dana yang bersumber dari APBD Bali itu untuk membantu LUEP yang ada di sejumlah kabupaten/kota dalam menampung gabah petani. Selain modal kerja bagi LUEP untuk membeli gabah juga disediakan dana sebesar Rp1 miliar untuk menunjang kelompok tani mandiri dalam pengadaan benih padi.
Dana talangan yang ditempatkan di Bank Pembangunan Daerah (BPD) setempat, setiap tahun terus bertambah, berkat bunga bank dan pengembalian cicilan yang cukup lancar.
LUEP yang tersebar di enam dari sembilan kabupaten dan satu kota di Bali itu selama 2013 mampu membeli gabah petani sebanyak 12.000 ton, yang diharapkan bisa lebih banyak lagi dalam tahun 2014.
Dana penguatan modal itu antara lain dapat dimanfaatkan oleh pengelola penggilingan padi dengan menekankan upaya pemberdayaan petani yang dilakukan berkesinambungan.
Dana penguatan modal tersebut awalnya hanya Rp675 juta, selain bunga dan tambahan kucuran dana dari Pemprov Bali kini meningkat menjadi Rp28,2 miliar, tutur Ida Bagus Wisnuardana . (WDY)