Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Universitas Udayana, Prof Dr. I Wayan Windia mengingatkan, kelangsungan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali pada masa mendatang sangat ditentukan oleh dukungan dan peranserta petani.
"Jika petani tetap senang dan memiliki harapan hidup dari sektor pertanian, tentu subak sebagai warisan kebudayaan Bali yang dibangun dengan susah payah akan lestari," kata Prof. windia yang juga Ketua Pusat Penelitian Subak Unud di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, subak yang diwarisi secara turun temurun sejak sebelas abad silam kini menjadi warisan budaya leluhur yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia (WBD).
"Prestasi yang cukup mengagumkan itu, apa yang harus diperbuat untuk WBD yang disebut subak itu," ujar Prof Windia.
Prof Windia mengingatkan, pemerintah dan semua pihak untuk mendukung kelestarian subak agar organisasi pengairan tradisional bidang pertanian itu tetap diakui sebagai WBD.
"Hal itu penting agar Bali, Indonesia dan kita semua tidak malu, jika tidak melestarikan eksistensi subak di Pulau Dewata, sementara dunia mengakui sebagai WBD," tutur Prof Windia.
UNESCO telah mengakui subak sebagai warisan budaya, karena subak adalah lembaga yang khas dan spesifik di Bali sekaligus sebagai alat perekat kebudayaan Bali.
"Kalau perekatnya hilang, wajar jika kebudayaan Bali juga ikut hancur. Tentang hal itu sudah sejak lama menjadi wacana, bahwa kalau subak di Bali hancur, kebudayaan Bali juga rusak sekaligus berpengaruh terhadap semua sektor ekonomi di daerah ini," kata Prof Windia.
Hal itu karena semua sektor ekonomi di Bali dilandasi oleh kebudayaan setempat, khususnya sektor pariwisata yang justru menghancurkan sawah, pertanian dan subak.
Sektor pariwisata telah menjadi kanibalis bagi sektor pertanian. Hal itu terjadi karena sektor pariwisata dikembangkan di luar batas-batas kemampuan Pulau Bali untuk menampungnya.
Berdasarkan penelitian SCETO tahun 1985 bahwa di Bali hanya siap menampung 24.000 kamar hotel berbintang, namun sekarang jumlah kamar hotel internasional mencapai 80.000 kamar, ujar Prof Windia. (WDY)