Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali memberikan prioritas kepada para petani yang terhimpun dalam 17 subak di Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar yang telah mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
"Prioritas itu menyangkut pengembangan jaringan irigasi, usaha tani dan meningkatkan fasilitas pendukung yang dilakukan secara terpadu dengan instansi teknis lainnya," kata Kepala Distan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardana di Denpasar, Senin.
Ia mengemukakan bahwa pembinaan, peningkatan sarana, dan prasarana subak di Bali dilakukan bersama Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebudayaan dan Parisada Hindu Dharma (PHDI) Provinsi Bali.
"Pemprov Bali melalui Dinas Kebudayaan setempat mengucurkan bantuan kepada masing-masing subak, termasuk 17 subak yang telah mendapat pengakuan dunia internasional," ujar Ida Bagus Wisnuardana.
Ke-17 subak tersebut terdiri atas 14 subak di kawasan Catur Angga Batukaru, Kabupaten Tabanan, dan tiga subak di daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar, dengan total luas sekitar 1.000 hektare menjadi satu kesatuan telah ditetapkan menjadi WBD,
Ida Bagus Wisnuardana menambahkan bahwa berbagai upaya dan program dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian ke-17 subak itu mendapat prioritas, tanpa mengenyampingkan organisasi pengairan tradisional lainnya.
Upaya itu antara lain meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTP), pengawalan terhadap ancaman serangan hama penyakit.
Kegiatan lainnya yang tidak kalah penting menerapkan sarana produksi kepada petani serta melakukan gerakan peningkatan produksi padi yang berbasis korporasi.
"Semua upaya itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas persatuan hektare," ujar Ida Bagus Wisnuardana.
Produktivitas tanaman padi di Bali 58,60 kuintal gabah kering panen (GKP) per hektare selama 2013 atau melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.
Produksi rata-rata itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.
Lahan sawah tersebut sebagian besar masih berpengairan setengah teknis (90,25 persen), sisanya irigasi sederhana, irigasi desa (non pekerjaan umum), dan sawah tadah hujan. (WDY)