Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat perdagangan ekspor berbagai jenis barang kerajinan dan nonmigas daerah ini dengan Singapura mengalami surplus hingga 5,1 juta dolar AS dalam kurun waktu Januari hingga September 2015.
"Mitra bisnis asal Singapura banyak membeli aneka ragam perhiasan, pakaian jadi, barang rajutan, dan kerajinan berbahan baku kulit untuk dijual kepada turis internasional di sana," kata Ni Made Kusuma Dewi, pengusaha sekaligus pengekspor, di Denpasar, Minggu.
Singapura merupakan salah satu kota dagang internasional, sebenarnya menjual barang modal ke Bali dengan nilai yang terus bertambah setiap bulannya sehingga menjadi 29,1 juta dolar AS periode sembilan bulan itu, atau naik dari angka pada periode yang sama 2014 sebesar 4,5 juta dolar.
Di lain pihak ekspor nonmigas Bali ke negara salah satu anggota ASEAN ini melorot pada periode 2015 hingga September hanya bernilai 29,1 juta dolar. Pada tahun 2014 mencapai angka 34,9 juta dolar. Namun, tetap memiliki kelebihan perdagangan dari Bali.
Ni Made Kusuma Dewi mengatakan bahwa Singapura merupakan jalur perdagangan dunia sekaligus negara persinggahan turis mancanegara sehingga banyak memerlukan aneka barang cendera mata. Maka, aneka barang kerajinan buatan masyarakat Bali yang bernilai seni juga laku keras di negeri itu.
Perhiasan dan permata buatan Bali yang diekspor selama September 2015 terbanyak atau 26,05 persen dari bernilai 5,7 juta dolar AS tertuju ke Singapura, menyusul ke Hong Kong sebesar 21,82 persen, Australia 15,07 persen, dan sisanya kepada negara lainnya.
Aneka barang rajutan yang dipasarkan pengusaha Bali ke pasar ekspor juga terbanyak ditujukan ke pasar Singapura mencapai 29,64 persen selama September 2015, menyusul pembeli dari Amerika Serikat 18 persen dan di tempat ketiga Inggris 12,46 persen.
Aneka barang kerajinan berbahan baku kulit, seperti sandal, sepatu, baju, dan aneka ragam tas dengan rancang bangun yang antik terbanyak dijual ke Jepang 27,61 persen menyusul ke Singapura sekitar 19,09 persen dan Hong Kong 7,95 persen.
Kusuma Dewi bersama pengusaha lainnya tetap merealisasikan ekspor ke salah satu negara di kawasan ASEAN itu.
Ia berharap hal itu akan memuncak pada bulan November ini, menjelang perayaan Natal 2015 dan menyambut Tahun Baru 2016. (WDY)