Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perdagangan ekspor berbagai jenis barang kerajinan dan nonmigas daerah ini dengan Singapura mengalami surplus hingga 3,4 juta dolar AS selama Januari-Maret 2015.
"Mitra bisnis asal Singapura banyak membeli aneka ragam perhiasan, pakaian jadi, barang rajutan dan kerajinan berbahan baku kulit, untuk dijual kembali kepada turis internasional yang singgah ke negara itu" kata Ni Made Kusuma Dewi, pengusaha sekaligus ekportir di Denpasar Rabu.
Singapura merupakan jalur perdagangan dunia sekaligus negara persinggahan wisatawan mancanegara sehingga banyak diperlukan aneka barang cindramata, maka aneka barang kerajinan buatan masyarakat Bali yang bernilai seni laku keras di negeri itu.
Sebagaimana catatan BPS Bali, realisasi ekspor nonmigas ke Singapura selama tiga bulan I-2015 bernilai 10,9 juta dolar, sementara impor keperluan pengusaha yang didatangkan dari Singapura dalam kurun waktu yang sama hanya seharga 7,5 juta dolar.
Perhiasan dan permata buatan Bali yang diekspor selama Maret 2015 misalnya terbanyak atau 26 persen dari bernilai 6,3 juta dolar tertuju ke Singapura, menyusul ke Hongkong sebesar 29,95 persen, Australia 15,11 persen dan sisanya kepada negara lainnya.
Aneka barang rajutan yang dipasarkan pengusaha Bali ke pasar ekspor juga terbanyak ditujukan ke pasar Singapura mencapai 26 persen selama Maret 2015, menyusul pembeli dari Amerika Serikat 19,80 persen dan di tempat ketiga Spanyol 8,5 persen.
Aneka barang kerajinan berbahan baku kulit seperti sedal, sepatu, baju dan aneka ragam tas dengan rancang bangun yang antik terbanyak dijual ke Jepang 25,47 persen menyusul ke Singapura sekitar 15 persen dan Belanda 9,68 persen.
Sementara barang impor dari Singapura dalam kurun waktu tiga bulan I 2015 sebenarnya mengalami peningkatan drastis dari bernilai 1,6 juta dolar Januari-Maret 2014 menjadi 7,5 juta dolar, namun berkat barang kerajinan Bali gencar ke negeri tetangga itu maka terjadi surplus.
Kusuma Dewi mengatakan, realisasi ekspor ke salah satu negara di kawasan ASEAN ini tetap lancar karena pesanan masih mengalir walaupun terjadi pasang surut sesuai situasi dan kondisi dunia usaha internasional yang ada. (WDY)