Jakarta (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2015 terjadi deflasi 0,08 persen yang dipicu oleh penurunan harga kebutuhan bahan makanan.
"Deflasi tinggi di bahan makanan, karena harga beberapa komoditi turun dan terkendali. Suplainya juga banyak," kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan (1,95 persen) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 127,18 dan yang terendah di Padangsidimpuan (0,01 persen) dengan IHK 118,04. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Manado (1,49 persen) dan terendah di Yogyakarta (0,01 persen).
Menurut BPS, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga, yang terlihat dari turunnya indeks kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 1,06 persen.
Sementara indeks kelompok pengeluaran yang lain naik, termasuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,40 persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,09 persen); kelompok sandang (0,25 persen); kelompok kesehatan (0,29 persen); dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,16 persen); serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (0,02 persen).
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) 2015 tercatat 2,16 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2015 terhadap Oktober 2014) sebesar 6,25 persen. (WDY)