Bogor (Antara Bali) - Sebanyak 700 orang alumni Institut Pertanian Bogor
(IPB) angkatan 22 berkumpul dalam acara Reuni Akbar 30Th Grhasita untuk
meneguhkan komitmen memperluas kemanfaatan hidup untuk orang lain
melalui tiga gerakan kepedulian yang menerapkan gaya hidup hijau (green
living).
"Ketiga gerakan kepedulian ini sebagian contoh dari kesadaran dan
wujud nyata alumni IPB Angkatan 22, yang lebih memaknai Reuni Akbar 30
tahun pada 11 Oktober ini sebagai hari peneguhan komitmen untuk
meluaskan kemanfaatan hidup orang lain," kata Mukhlis Yusuf, mewakili
panitia reuni 30 tahun Ghrasita, di Bogor, Minggu.
Mukhlis mengatakan, Grhasita bermakna Rumah Persemaian. Tema besar
Reuni Akbar Grhasita adalah "Menguatkan Kebersamaan, Meluaskan
Kemanfaatan, kepedulian Grhasita kepada tiga pemangku kepetingan yang
telah berjasa pada perkembangan pengabdian para alumni, di antaranya
almamater IPB, sesama alumni, dan masyarakat pelaku pertanian dalam arti
luas.
Dikatakannya, tiga di antara berbagai kegiatan yang dimotori alumni
Grhasita adalah, Green Tempe 22 sebagai bagian dari Indonesia Tempe
Movement yang dipelopori oleh Wida Winarno dari Bogor. Model peternakan
sapi perah terpadu yang dipelopori oleh Taryat Ali Nursidi dari Subang
dan Kewirausahaan Sosial yang dipelopori oleh Akhmad Supriyatna dari
Serang.
Mukhlis mengatakan, ketiga gerakan yang menterjemahkan Green 22
dipelopori oleh tiga alumni IPB yakni Wida, Taryat dan Yatna adalah
contoh, di antara banyak yang lainnya. Semua karya tersebut diperoleh
dari hasil penempaan oleh Kampus Rakyat IPB.
Ketua Panitai Reuni Akbar 30 Tahun Grhasita, Ojat Sujatnika
mengatakan, reuni akbar tersebut bukan akhir dari komitmen, melaikan
penguatan komitmen untuk terus bekerja bersama-sama. Masing-masing
alumni memiliki bidang kepedulian, dan model pengabdian kemanfaatan
hidup lainnya.
Sementara itu, Green Tempe 22 adalah gerakan untuk keberlanjutan
warisan bangsa melalui usaha dan edukasi tempat berkualitas, membangun
jejeraing retail nasional dan internasional, pemanfaatan limbah industri
tempe untuk pakan ternak, menanam benih dengan bekerja sama dengan
balai benih, membuat pelatihan tempe yang lebih efisien, membuat
berbagai variasi tempe, edukasi supplier untuk industri tempe,
mengembangkan berbagai produk dengan konsep tempe, dan merancang
strategi branding tempe sebagai identitas Indonesia.
Berikutnya gerakan model masyarakat sapi perah terpadu yang
dikembangkan Taryat Ali Nursidik, menguatkan posisi tawar peternak
kepada pelaku industri hilir melalui kelompok usaha para peternak,
sehingga dapat meningkatkan harga jual, berkelanjutan, fasilitas
pendidikan, pendapatan tambahan dari keuntungan koperasi, pasokan energi
biomassa, dan pengolahan limbah secara ekonomi.
Gerakan ketiga yakni kewirausahaan sosial yang dipelopori oleh
Akhmad Supriyatna, yang sejak lebih dari 10 tahun lalu mendirikan
sekolah alternatif SMA Bina Putera. Sekolah bersahaja didirikan khusus
untuk menggerakkan anak-anak dhuafa berani bermimpi melalui sekolah. (WDY)
Alumni IPB Teguhkan Komitmen Perluas Pemanfaatan
Senin, 12 Oktober 2015 9:05 WIB