Denpasar (Antara Bali) - Ribuan masyarakat lintas agama berkumpul di Monumen Bajra Sandhi Renon, Denpasar, Bali, untuk memperingati Gema Perdamaian ke-13 di tengah maraknya konflik sosial di berbagai belahan dunia belakangan ini.
Acara yang digelar pada hari Sabtu diisi doa bersama dan pawai kesenian dari berbagai etnis di Nusantara yang dihadiri Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, bupati/wali kota seluruh Bali, dan berbagai kalangan agama, serta tokoh masyarakat di daerah itu.
Wagub Bali Ketut Sudikerta dalam sambutannya mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik pelaksanaan kegiatan yang rutin tiap tahun itu sebagai momentum memantapkan aktualisasi nilai-nilai keagamaan dan kemanusian yang universal untuk mewujudkan kedamaian di muka bumi dan khususnya di Pulau Dewata.
Ketua DPD Golkar Bali itu menambahkan bahwa hal itu sangat penting diwujudkan di tengah berbagai permasalahan yang menimpa Indonesia utamanya dalam bidang pembangunan perekonomian.
Selain itu, pertemuan lintas agama tersebut mencerminkan indahnya keharmonisan masyarakat Bali yang heterogen, terdiri atas berbagai suku, agama, ras, dan budaya.
Selanjutnya, dia berharap semua komponen masyarakat terus menggemakan perdamaian terlebih Bali mendapatkan julukan sebagai pulau perdamaian yang harus dijaga dan dilestarikan agar terus berkembang pada masa depan.
Sementara itu, Ketua Panitia Gema Perdamaian 2015 Haji Deden Saefulloh, melalui acara yang ke-13 kalinya itu, membawa pesan kedamaian dari Bali untuk Indonesia dan internasional.
"Kami ingin di tengah beragamnya suku, etnis, agama, dan kelompok masyarakat di Bali, kita dapat menginspirasi seluruh umat untuk senantiasa menjaga perdamaian," kata Haji Deden di Denpasar, Rabu.
Meskipun acara Gema Perdamaian untuk pertama kalinya digelar setahun setelah peristiwa Bom Bali I tahun 2002, menurut Deden, sesungguhnya acara tersebut bukan untuk memperingati peristiwa pengeboman itu.
"Yang terpenting adalah Bali dapat menginspirasi dunia tentang pentingnya toleransi, saling asah, asih, dan asuh di tengah situasi keberagaman. Jika kita sepakat berdamai, akan muncul kedamaian yang berujung pada kesejahteraan bersama," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa acara itu juga sebagai upaya untuk menjawab ekses negatif dan provokasi-provokasi yang sebelumnya sempat muncul akibat peristiwa Bom Bali.
Tidak jauh berbeda dengan acara Gema Perdamaian pada tahun-tahun sebelumnya, acara diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh pimpinan umat dari enam agama, pawai kesenian dan budaya dari Bali maupun berbagai etnis di Nusantara.
"Semua peserta ikut mengelilingi Monumen Bajra Sandi dengan diiringi baleganjur, barongsai, dan parade anak-anak yang menggunakan pakaian adat dari semua provinsi di Tanah Air," ujarnya. (WDY)