Denpasar (Antara Bali) - Provinsi Bali menjadi salah satu penerima sasaran program "Gertak Birahi" atau penyerentakan birahi dari Kementerian Pertanian yang ditujukan untuk sapi-sapi betina sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan populasi ternak di Pulau Dewata.
"Bali mendapatkan alokasi program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB) untuk 50 ribu ekor, dan pelaksanaannya di delapan kabupaten. Hanya Kota Denpasar tidak mendapat program ini karena populasi sapinya relatif sedikit," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Senin.
Ia mengemukakan, lewat program ini, sapi-sapi betina milik masyarakat akan dicek keadaannya, yang belum bunting akan dilakukan "Gertak Birahi" dengan penyuntikan hormon. Setelah tiga hari, sapi yang sudah disuntik hormon itu bisa dikawinkan dengan mekanisme kawin suntik (inseminasi buatan).
"Kemudian setelah dua bulan, petugas akan mengecek kembali keadaan sapi-sapi tersebut, mau bunting atau tidak. Dan jika ternyata ada sapi yang terkena penyakit yang berdampak pada gangguan reproduksi, maka akan diobati oleh dokter hewan yang sudah disiapkan," ucapnya.
Sumantra menambahkan, tidak jarang peternak itu kurang memperhatikan masa birahi sapi yang dipelihara, sehingga kalau sudah lewat masanya akan sulit bagi sapi betina untuk bunting.
"Ternak itu bisa bunting kalau dikawinkan pas saat masa biriahi. Dengan adanya kegiatan dan program Gertak Birahi, maka peternak tidak perlu melakukan pengamatan lagi untuk melihat masa birahi sapi," ujarnya.
Sapi betina sebelum disuntik hormon, lanjut dia, akan dicek alat reproduksinya. Kalau alat reproduksi normal, maka akan dilanjutkan dengan penyuntikan hormon.(APP)