Denpasar (Antara Bali) - Ketua Unit Kelompok Kerja Endokrin Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Bikin Suryawan mengatakan, gejala hipotiroid kongenital seringkali tidak disadari dan salah dikenali, karena setiap bayi baru lahir perlu melakukan skrining hipotiroid kongenital.
"Saya sarankan kepada warga setiap melahirkan bayi untuk melakukan skrining hipotiroid dalam upaya meningkatkan kesehatan generasi masa depan bangsa," katanya di Sanur, Kota Denpasar, Senin.
Ia mengatakan ancaman terbesar terhadap generasi masa depan, harus dipikirkan dan dijaga kesehatannya sejak dalam kandungan hingga lahir seorang bayi, selanjutnya memeriksakan kesehatan melalui skrining hipotiroid.
"Kita mengharapkan generasi cerdas dan sehat, maka tindakan skrining wajib dilakukan setiap bayi baru lahir. Karena dalam waktu 0-3 bulan si bayi diketahui menderita gangguan tiroid maka dokter akan memberikan pengobatan. Jika hasil diagnosa menyebutkan kekurangan tiroid, maka akan diberi hormon tiroid sehingga kondisinya menjadi normal," ucap dokter yang bertugas di RSUD Wangaya Denpasar.
Bikin Suryawan mengatakan, jika lewat dari umur tiga bulan baru diketahui menderita gangguan tiroid, maka kesembuhannya tidak akan mencapai sempurna. Sebab gangguan tiroid tersebut berpengaruh pada susunan otak. "Kalau si bayi sejak dini diketahui ada gangguan tiroid (maksimal umur tiga bulan), maka tiroid bisa diberi obat untuk menjadi normal. Jika lewat dari umur tersebut, secara fisik bisa bertambah baik, tetapi kecerdasannya (IQ) tidak bisa mencapai standar, paling dibawah 85," ucapnya.
Bila kondisi tersebut terjadi, kata dia, maka IQ (tingkat kecerdasan) dipastikan terganggu. Akan menjadi seseorang IQ nya rendah. "Oleh karena itu, melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrining Hipotiroid Kongenital, maka pemerintah daerah menindaklanjuti peraturan itu dengan menganggarkan dalam APBD, setiap bayi baru lahir agar di skrining," katanya.
Dikatakan, saat ini memang pemerintah pusat sudah menganggarkan dalam program tersebut, namun jangkaunya masih kecil dibanding cakupan jumlah penduduk Indonesia yang melahirkan dalam setahun. "Dalam program pemerintah pusat menganggarkan misalnya 1.000, tapi yang lahir dalam setahun mungkin lebih dari itu. Sehingga semua bayi tidak mendapatkan sasaran program tersebut," ujarnya.
Bikin Suryawan mengatakan langkah dalam kesehatan bayi tersebut (skrining hipotiroid) agar menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah. Karena ini juga berpengaruh terhadap sumber daya manusia bagi masa depan bangsa.
"Percuma saja membuat sekolah lengkap fasilitasnya, namun tingkat kecerdasan (IQ) rendah, maka tidak akan menghasilkan manusia yang berkualitas cerdas. Karena itu langkah utama adalah sejak dini si bayi mendapatkan skrining hipotiroid, sehingga dari hasil itu nantinya akan bisa mengukur salah satu tingkat kecerdasaran orang tersebut," ucapnya. (WDY)