Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 1,7 juta jiwa warga di Indonesia berpotensi mengalami gangguan tiroid, jumlah tersebut cukup signifikan, bahkan termasuk tertinggi di Asia Tenggara.
"Hal tersebut akibat masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai gangguan tiroid. Walau pun tiroid merupakan masalah kesehatan umum pada beberapa pasien gangguan tiroid bisa tidak terdiagnosa selama bertahun-tahun," kata Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr. Aman Bakti Pulungan Sp.AK pada acara jumpa media bertema " Bebaskan Dirimu dari Gangguan Tiroid" di Sanur, Bali, Senin.
Ia mengatakan gangguan tiroid adalah salah satu kelainan yang dapat dideteksi sejak bayi. Berdasarkan data dikumpulkan oleh Unit Koordinator Kerja Endokrinologi Anak Kemenkes RI, sejak tahun 2000-2013 di Indonesia terdapat kasus positif gangguan tiroid pada bayi baru lahir 1 : 2.736.
Menurut Aman Bakti Hipotiroid Kongenital adalah sebuah keadaan dimana kerja kelenjar tiroid pada menurun atau bahkan tidak berfungsi sejak lahir, sehingga bayi tersebut kekurangan hormon tiroid.
"Gangguan tiroid pada bayi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan motorik dan mental yang tidak berimbang, tubuh cebol, lidah besar, kesulitan bicara hingga keterbelakangan mental," ujarnya.
Aman Bakti lebih lanjut mengatakan bayi yang menderita hipotiroid kongenital bisa saja mengalami gejala yang berbeda satu sama lain. Gejala dan tanda yang dapat muncul pada bayi dengan gangguan tiroid adalah aktivitas menurun/kurang aktif, mengalami kuning (icterus) yang lama, lidah menjadi besar, perut buncit, kulit kering dan burik, serta mudah kedinginan.
Oleh karena itu, kata dia, bayi umur 0-3 bulan perlu dilakukan skrining hipotiroid kongenital (SHK) guna mengetahui sedini mungkin apakah bayi mengalami tiroid atau tidak, sebelum gejala klinis muncul.
"Apabila sudah diketahui hasil skrining dan diagnosa bayi terkena gangguan hipotiroid kongentinal dapat diberi pengobatan untuk mencegah kecacatan atau kematian bayi, serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang," katanya.
Sementara, Business Director Merck Serono Indonesia Sulfina Arindah mengatakan sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan dan program pemerintah, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan menyelenggarakan kampanye bertajuk "Bebaskan Dirimu dari Gangguan Tiroid".
"Kami melakukan edukasi kepada masyarakat agar warga yang melahirkan bayi segera melakukan skrining untuk mengetahui tiroid. Rangkaian kampanye tersebut juga diisi pemeriksaan/skrining tiroid, edukasi melalui radio dan program temu media," katanya. (WDY)