Kuta (Antara Bali) - Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencatat sebesar 10-20 persen pasien endokrin di Tanah Air menderita gangguan fungsi tiroid.
"Kondisi itu membuat gangguan tiroid, saat ini menempati urutan kedua daftar penyakit endokrin setelah diabetes," kata Ketua Perkeni Prof Dr H Achmad Rudijanto, di sela-sela "Asia And Ocenia Thyroid Association Congress (AOTA), di Kuta, Minggu.
Tingginya jumlah penderita gangguan hormon yang mengatur metabolisme tubuh itu disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat di Tanah Air akan gejala dan kelainan tiroid.
Dia mengatakan, oleh karena itu pihaknya termotivasi untuk menyosialisasikan kelainan kelenjar tiroid. Pengetahuan itu penting guna memberikan penanganan dini kelainan hormon tersebut sehingga bisa segera diatasi dan disembuhkan.
Gangguan fungsi tiroid ada dua yaitu kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) dan kelebihan (hipertiroid). Gejala umum dari keduanya secara umum adalah pembesaran kelenjarnya atau dikenal gondok/struma.
Sementara itu Ketua Kelompok Studi Tiroid, Perkeni, Prof Dr Johan S Masjhur, mengatakan, sampai saat ini tidak ada data secara pasti mengenai prevalensi atau perbandingan jumlah penderita dengan populasi penduduk di suatu kawasan. "Data yang kami miliki adalah dari rumah sakit yang menunjukkan 10-15 persen yang berobat ke bagian penyakit dalam diduga mengalami gangguan tiroid," ujarnya.(IGT/T007)
Pasien Endokrin Derita Gangguan Tiroid
Minggu, 21 Oktober 2012 16:55 WIB