Denpasar (Antara Bali) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan pentingnya deteksi dini penyakit pneumonia pada anak usia bawah lima tahun (balita) karena kematian akibat penyakit infeksi yang menyerang paru-paru tersebut masih tinggi.
"Jumlah penderita pneumonia pada balita jika dilihat dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) dari 2007-2013 meningkat, dan yang mengkhawatirkan adalah angka kematiannya cukup tinggi," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI Pusat Aman Bhakti Pulungan di sela-sela Jalan Sehat serangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional tingkat Provinsi Bali, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, data penderita pneumonia berdasarkan Riskesdas juga jauh lebih rendah dibandingkan data riilnya atau dengan kata lain masih banyak yang tidak dilaporkan.
Secara nasional, ujar Aman, jumlah penderita pneumonia yang terdiagnosis oleh tenaga dinas kesehatan sebanyak 1,6 persen, tetapi berdasarkan diagnosis dan gejala klinis dokter itu jumlahnya mencapai 4,6 persen dan kasus tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Khusus untuk Bali, meskipun prevalensinya kecil, namun angka kematiannya juga cukup tinggi.
"Melalui kegiatan seperti ini sebetulnya kami ingin kembali menyadarkan pemerintah, para dokter, pemangku kepentingan terkait dan seluruh masyarakat bahwa pneumonia itu ada. Akan sangat baik kalau bisa dilakukan deteksi dini, terapi dini, bahkan jika mungkin bisa dicegah," ucapnya.
Aman menambahkan, kematian balita akibat pneumonia masih tinggi bukan karena tidak adanya fasilitas kesehatan, namun seringkali akibat keterlambatan penanganan. Oleh karena itu, deteksi dini, pengobatan dini, terapi dini dan pencegahan melalui pola hidup sehat dan asupan gizi serta pemberian imunisasi sangat penting.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan penyakit pneumonia memang bukan satu-satunya penyebab kematian pada balita, tetapi saat ini ada kecenderungan terjadinya peningkatan kasus kematian pada bayi dan balita.
"Dari hasil Riskesdas, sebanyak 2,7 persen balita menderita pneumonia. Di Bali angka kelahiran per tahun sekitar 67 ribu dan jumlah balita sebanyak dua persen dari jumlah penduduk," ucapnya.
Suarjaya menambahkan, penyakit dengan ciri-ciri batuk, pilek, dan sesak nafas itu dapat terjadi ketika bayi tidak diberikan ASI yang cukup, makanan tidak seimbang, tidak diimunisasi dan tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Penyakit ini jika dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi dan kalau masuk otak bisa timbul meningitis. Oleh karena itu, harus diberikan penanganan yang tepat dengan antibiotik karena itu penyakit infeksi untuk menghilangkan kuman pada paru-parunya barulah dilanjutkan dengan terapi penyakit lainnya," katanya.
Pada jalan sehat yang digelar di seputaran Lapangan Puputan Margarana, Denpasar itu selain dirangkaikan dengan kampanye bahaya pneumonia juga dimeriahkan dengan pembagian "doorprize", pemeriksaan kesehatan gratis, dan kegiatan donor darah. Acara tersebut diikuti oleh jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Kota Denpasar, pimpinan dan perwakilan SKPD Provinsi Bali, jajaran pengurus IDAI Bali, para siswa dan mahasiswa di Kota Denpasar serta undangan lainnya.(WDY)